PBB Khawatir dengan Kekuatan Besar Media Sosial
- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti besarnya kekuatan media sosial terhadap sejumlah peristiwa yang terjadi belakangan ini, termasuk soal penutupan dan penangguhan akun milik mantan Presiden AS, Donald Trump beberapa waktu lalu.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menilai bahwa media sosial seperti Facebook dan Twitter memanfaatkan wewenangnya sendiri untuk mengambil sebuah keputusan.
Oleh karena itu, Guterres mengatakan, perlu ada aturan yang jelas dan komprehensif agar segala upaya yang diambil oleh perusahaan media sosial merujuk pada hukum yang berlaku.
Baca juga: Deretan Media Sosial dan Layanan Online yang Memblokir Donald Trump
"Harus ada kerangka peraturan untuk mengatur hal-hal seperti itu agar dilakukan sesuai dengan hukum," kata Guterres seperti dikutip KompasTekno dari Reuters, Senin (1/2/2021).
Beberapa waktu lalu, sejumlah media sosial membatasi akun Trump karena konten unggahannya dinilai berpotensi memantik kekerasan dan melanggar ketentuan penggunaan.
Langkah awal dimulai oleh Twitter yang mengunci akun Trump selama 12 jam setelah meminta Trump menghapus tiga twit yang dinilai menghasut kerusuhan di gedung parlemen AS Capitol, Washington DC, pada 6 Januari 2021 lalu.
Menurut CEO sekaligus pendiri Twitter Inc, Jack Dorsey, penangguhan akun milik Trump adalah keputusan yang tepat.
Tak lama berselang, Facebook pun turut menangguhkan akun Trump di jejaringnya, berikut Instagram, selama 24 jam.
Menyusul Twitter dan Facebook, YouTube juga mengambil langkah yang sama. Anak perusahaan Google itu kembali memperpanjang penangguhan kanal Donald Trump hingga waktu yang belum ditentukan.
Menurut Guterres, jika terus dibiarkan, maka perusahaan media sosial akan selalu berkuasa dan menentukan kebijakan mereka sendiri karena tidak memiliki landasan hukum yang jelas.
Baca juga: Film Dokumenter The Social Dilemma di Netflix Gambarkan Seramnya Media Sosial
"Kita tidak bisa hidup dalam kondisi di mana kita sering menjumpai banyak kekuasaan yang dimiliki oleh sejumlah perusahaan," ungkap Guterres. "Saya sangat khawatir dengan kekuatan yang sudah mereka miliki (perusahaan media sosial)," lanjutnya.
Guterres menilai bahwa media sosial berkontribusi dalam isu-isu politik dan berisiko disalahgunakan untuk mengendalikan masyarakat di suatu negara.
Sebab, kecurangan dan pelanggaran sangat mungkin terjadi saat regulasi yang ada masih memiliki banyak celah.
Guterres juga menggarisbawahi tanggung jawab perusahahaan media sosial dalam mengolah dan menjamin data pribadi penggunanya tetap aman. Data ini seringkali digunakan untuk keperluan komersil (iklan) serta mempengaruhi dan mengubah sikap pola pikir penggunanya.
Terkini Lainnya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A51 Versi 256 GB di Indonesia
- 4 Cara WhatsApp Yakinkan Aplikasinya Aman Dipakai
- Status Resmi WhatsApp Dikabarkan Bisa Curi Rekening Bank, Benar atau Hoaks?
- Xiaomi Perkenalkan Mi Air Charge, Teknologi Pengisian Baterai lewat Udara
- Alasan Galaxy S21 Ultra Hanya Mendukung Pencasan Cepat 25W