Facebook Pecat Karyawan yang Protes Kebijakan Zuckerberg soal Unggahan Trump
- Raksasa jejaring sosial Facebook dikabarkan memecat seorang karyawannya karena telah mengkritik kebijakan Mark Zuckerberg atas unggahan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump, beberapa waktu lalu.
Ialah Brandon Dail, seorang teknisi user interface (UI) yang dipecat gara-gara memarahi seorang rekan kerjanya di depan publik lewat Twitter.
Ia murka lantaran kerabatnya itu menolak untuk memasukkan sebuah pernyataan bernada dukungan terhadap kampanye Black Lives Matter ke dalam dokumen-dokumen yang ia terbitkan.
Sebagaimana diketahui, Black Lives Matter merupakan gerakan yang menuntut kesetaraan ras di AS yang dipicu oleh kasus kematian yang menimpa pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd, beberapa minggu lalu.
Baca juga: Hacker Murka Pasca Kematian George Floyd
"Saya dipecat karena mengkritik seorang karyawan yang bungkam (terkait kebijakan Facebook) secara publik di Twitter. Saya memegang teguh perkataan saya," ujar Dail melalui kicauannya di Twitter.
"Facebook bahkan tak memberikan kesempatan kepada saya untuk mengundurkan diri," tambahnya.
Pihak Facebook sendiri membenarkan kabar pemecatan Dail tersebut, tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
Berawal dari unggahan Trump
Sebagai informasi, masalah ini bermula dari sebuah kalimat yang diunggah Trump di sejumlah sosial media beberapa waktu lalu.
Kalimat yang berbunyi "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai" itu dianggap provokatif dan mengglorifikasi kekerasan.
Twitter menandai unggahan tersebut sebagai unggahan yang bisa memicu kekerasan. Di sisi lain, Facebook sendiri tidak melakukan tindakan tertentu dan terkesan membiarkannya, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari BusinessInsider, Senin (15/6/2020).
Langkah atau kebijakan yang diambil Facebook ini sontak menuai sejumlah kritik dari berbagai pihak, termasuk Dail dan sejumlah pegawai Facebook lainnya.
Dail sendiri baru-baru ini kembali melontarkan kritikan terhadap Facebook yang membiarkan unggahan Trump lain terkait teori konspirasi.
Baca juga: Dukungan Google, Twitter, Instagram dkk atas Aksi Protes Kematian George Floyd
Unggahan tersebut menyeret nama seorang demonstran berumur 75 tahun, Martin Gugino.
Diketahui, Gugino sendiri sempat didorong oleh aparat kepolisian ketika ia melancarkan aksi protes di kota Buffalo, negara bagian New York, Amerika Serikat. Setelah "diserang" oleh polisi, ia sontak terjatuh dan terkapar tak berdaya.
Lewat sebuah unggahan, Trump lantas berspekulasi bahwa hal yang dilakukan oleh Gugino tadi merupakan sebuah sandiwara lantaran dianggap tidak realistis.
"Unggahan Trump terhadap Martin Gugino adalah perbuatan tercela dan jelas melanggar peraturan Facebook. Saya sangat kecewa bahwa Facebook dan Twitter belum menghapusnya," kata Dail.
Terkini Lainnya
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- Lantai Data Center Microsoft Pakai Bahan Kayu, Ini Alasannya
- Steam Setop Dukungan Windows 7 dan 8, Gamer Diminta Upgrade ke OS Baru
- AI Baru Buatan Induk ChatGPT Bisa Ambil Alih Komputer Pengguna
- Spotify mulai Gaji Kreator Video Podcast
- Berapa Lama WhatsApp Diblokir karena Spam? Ini Dia Penjelasannya
- Sejarah Silicon Valley, Tempat Bersarangnya Para Raksasa Teknologi
- YouTube Rilis Fitur Saweran "Jewels", Mirip Coin di TikTok
- Cara Buat Daftar Isi yang Bisa Diklik Otomatis di Google Docs
- Twilio Ungkap Rahasia Cara Memberi Layanan Pelanggan secara Maksimal
- Fungsi Rumus AVERAGE dan Contoh Penggunaannya
- 2 Cara Menyembunyikan Nomor saat Telepon di HP dengan Mudah dan Praktis
- Kata POV Sering Keliru di Medsos, Begini Arti yang Benar
- Cara Langganan GetContact biar Bisa Cek Tag Nomor Lain
- Samsung Bikin Galaxy S25 Versi Tipis demi Saingi iPhone 17 Air?
- Daftar Paket Internet Telkomsel untuk Siswa dan Pengajar Madrasah
- Isu Rasial di Balik Teknologi Pengenal Wajah
- Harga Konsol PS5 Kembali Muncul di Situs Belanja Online
- Ini Spesifikasi Hardware PlayStation 5
- Desainer Chip Andalan Intel Mengundurkan Diri