Isu Rasial di Balik Teknologi Pengenal Wajah

- "Hai kamera, ini muka saya. Bisa melihatnya?" tanya Joy Buolamwini, ilmuwan komputer berdarah Ghana-Amerika di depan kamera facial recognition atau pengenal wajah.
Buolamwini yang memiliki kulit hitam karena keturunan Ghana yang dimilikinya, tak bisa dikenali oleh kamera.
"Kamu (kamera) bisa melihat wajahnya?" tanya Buolamwini lagi, saat rekan kulit putihnya ganti melihat ke arah kamera pengenal wajah. Kamera kini berhasil mengidentifikasi.
"Kalau wajahku?", coba Buolamwini lagi dengan memperlihatkan wajahnya tampa kacamata atau aksesoris lainnya. Kamera pengenal wajah tetap gagal mendeteksi wajahnya.
Wajah Buolamwini baru bisa dikenali kamera pengenal wajah, saat ia mengenakan topeng bewarna putih.
Itu adalah sepenggal gambaran presentasi Buolamwini di acara Ted Talk berjudul "How I'm Fighting Bias in Algorithms" saat mengupas bagaimana algoritma teknologi facial recognition sangat bias terhadap ras.
Baca juga: Buntut Kasus George Floyd, IBM Setop Teknologi Pengenal Wajah
Video itu tayang sejak Maret 2017 silam, jauh sebelum aksi protes rasial bergema di beberapa negara Amerika dan negara Eropa lain beberapa pekan terakhir.
Aksi protes itu merupakan respons atas kematian George Floyd, pria kulit hitam yang meregang nyawa, saat oknum polisi kulit putih Minneapolis menindih lehernya dengan dengkul.
"Saya tidak bisa bernafas," ucap Floyd, di detik-detik terakhir kematiannya.
Video kekerasan oknum polisi itupun viral dan membuat amuk warganet, dan merembet ke aksi protes di dunia nyata. Slogan "Black lives matter" pun bergaung di mana pun.
Jadi perhatian perusahaan teknologi
Isu rasial ini ternyata menjadi perhatian perusahaan Silicon Valley. Tidak hanya sekadar mengecam, mereka pun sampai melakukan langkah bisnis yang bisa dibilang berani.
Salah satunya melarang penggunaan teknologi facial recognition buatan mereka, yang sudah lama disinyalir bias ras tertentu. Dimulai dari IBM yang langsung mengumumkan bahwa mereka berhenti dari bisnis facial recognition.
Arvind Krishna, CEO IBM beralasan teknologi itu bisa digunakan untuk menargetkan kaum minoritas, atau melanggar HAM. Tak berapa lama setelah pengumuman IBM, Amazon ikut melakukan langkah serupa, tapi lebih lunak.
Perusahaan teknologi milik Jeff Bezos itu melarang kepolisian AS menggunakan Rekognition, teknologi pengenal wajah buatannya. Tapi pihak lain - non kepolisian - masih boleh menggunakannya.
Baca juga: Teknologi Pengenal Wajah untuk Sapi Mulai Diperkenalkan
Terkini Lainnya
- 3 Alasan Kita Sering Menonton IG Stories Sendiri Berulang-ulang
- HP Vivo Y300 Pro Plus dan Y300t Meluncur, Bawa Baterai Jumbo
- AI Gemini 2.5 Pro Kini Gratis, Bisa Dipakai Tanpa Langganan
- Keyboard Unik di Dunia Punya 1.020 Tombol, Tidak Pakai Simbol Huruf
- Cara Mematikan Status Online Instagram dengan Mudah dan Praktis
- 5 Game Seru untuk "Mabar" dengan Keluarga dan Saudara saat Lebaran
- 10 Manfaat Internet di Bidang Pendidikan yang Perlu Diketahui
- 3 Cara Beli Tiket Wisata Online Tanpa Antre Saat Lebaran
- MediaTek Genio 720 dan 520 Meluncur, Chip untuk Perangkat IoT dengan AI Generatif
- Perjalanan Bisnis Apple, Pernah Hampir Bangkrut dan Diselamatkan Microsoft
- Cara Menghapus Riwayat Pencarian di Google Maps Mudah dan Praktis
- Makin Kuat, Layar HP Gorilla Glass Kini Tahan Aspal
- Unik, Smartphone Ini Didesain Khusus untuk Hewan Peliharaan
- 11 HP Baru Harga Rp 1 Juta - Rp 3 Jutaan untuk Lebaran 2025
- SurpriseDeal Telkomsel hingga 3 April, Kuota Internet 80 GB Cuma RP 100.000
- Harga Konsol PS5 Kembali Muncul di Situs Belanja Online
- Ini Spesifikasi Hardware PlayStation 5
- Desainer Chip Andalan Intel Mengundurkan Diri
- "Pokemon Go" Tak Bisa Dimainkan di Ponsel 32-Bit, Ini Ciri-cirinya
- Xiaomi Luncurkan Duo Laptop Tipis Mi NoteBook 14