cpu-data.info

Jokowi Ingin Lacak Pasien Corona dengan GPS, Bagaimana Privasinya?

Presiden Joko Widodo mengenakan masker saat memimpin upacara pelantikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/5/2020). Presiden secara resmi melantik Irjen Pol Boy Rafli Amar sebagai Kepala BNPT menggantikan Komjen Pol Suhardi Alius.
Lihat Foto

- Kasus positif Covid-19 di Indonesia belum juga melandai. Hingga berita ini ditayangkan, Jumat (5/6/2020), jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi mencapai 28.818 di seluruh Indonesia.

Presiden Joko Widodo pun meminta agar pelacakan kasus positif Covid-19 bisa lebih agresif, mengandalkan teknolgi lebih canggih ketimbang cara konvensional.

Jokowi bahkan meminta secara spesifik, agar pelacakan kasus Corona di Indonesia menggunakan teknologi global positioning system (GPS), seperti yang sudah dilakukan Korea Selatan dan Selandia Baru.

Dua negara itu adalah sedikit negara yang dianggap sukses menangani kasus corona di negaranya.

Baca juga: Aplikasi Peduli-Lindungi untuk Melacak Covid-19 Sudah Bisa Diunduh

"Seperti yang kita lihat di negara-negara lain, misalnya di Selandia Baru mereka menggunakan digital diary, kemudian Korea Selatan juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data sehingga pelacakan itu lebih termonitor dengan baik," kata Jokowi, Kamis (4/6/2020).

Menurut Jokowi, sistem manajemen data yang ada saat ini harus terus diperbaiki agar penanganan Covid-19 bisa dilakukan secara real time di semua lini. Mulai dari laboratorium hingga gugus tugas di tingkat daerah.

Dengan demikian, pengambilan keputusan dan kebijakan bisa lebih tepat dan akurat.

Aplikasi berbasis GPS di Korea Selatan

Seperti di Indonesia, Korea Selatan juga tidak menerapkan lockdown atau karantina wilayah.
Prinsip TRUST, yakni transparency (transparansi), robust screening and quarantine (skrining dan karantina yang kuat), universally applicable testing (tes yang universal), strict control (kontrol yang ketat) dan treatment (perawatan), menjadi kunci kesuksesan Korea Selatan.

Kontrol yang ketat ditunjang oleh berbagai teknologi, seperti riwayat transaksi kartu kredit, rekaman CCTV, dan aplikasi berbasis GPS mobile. Melansir Straits Times, pemerintah Korea Selatan mengembangkan aplikasi berbasis GPS bernama "selfhealth check".

Aplikasi itu pertama kali digunakan di Daegu dan sekitar provinsi Gyeongsang Utara. Aplikasi itu digunakan untuk melacak pendatang yang baru tiba di Korea Selatan, dan juga mengawasi mereka yang sedang dikarantina.

Apabila mereka meninggalkan lokasi karantina, maka alarm di ponsel akan berbunyi. Data GPS ini juga digunakan untuk melacak siapa saja yang pernah berkontak dengan pasien postif.

Baca juga: Apple dan Google Resmikan Teknologi Pelacak Virus Corona

Selain itu, GPS juga akan memberi tahu pengguna lokasi yang pernah dikunjungi pasien positif Covid-19, 100 meter sebelum sampai di lokasi tersebut. Namun, aplikasi ini memuat beberapa informasi pribadi, seperti kewarganegaraan, gender, dan usia.

Ada pula aplikasi serupa bernama Coronamap. Dengan aplikasi ini pengguna bisa melihat sekilas melalui peta, di mana pasien menjalani karantina. Ada juga informasi tanggal kasus terkonfirmasi dan rumah sakit mana saja yang dikunjungi pasien positif.

Aplikasi Digital Diary di Selandia Baru

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat