Apple dan Google Resmikan Teknologi Pelacak Virus Corona
- Apple dan Google mengumumkan kerja sama mereka dalam mengembangkan sistem pelacak Covid-19 beberapa waktu lalu.
Versi perdana sistem Application programming interface (API) bernama Exposure Notification itu, kini sudah tersedia dan siap diadopsi oleh otoritas kesehatan untuk dikembangkan menjadi aplikasi buatan pemerintah.
Baik iOS milik Apple dan Android milik Google akan memberikan pembaruan software untuk aplikasi buatan pemerintah yang berbasis teknologi bikinan mereka. Apple bahkan telah menggulirkan dukungan API Exposure Notification di pembaruan iOS 13.5.
Baca juga: Begini Cara Kerja Sistem Pelacak Virus Corona Buatan Apple dan Google
Saat ini sudah ada 23 negara yang kabarnya tertarik menggunakan software buatan Apple dan Google. Selain AS, Jerman rencananya juga akan menggunakan teknologi Exposure Notification untuk membuat peta.
Begitu pula dengan Perancis dan Inggris, yang kabarnya juga berminat menggunakan API buatan dua perusahaan raksasa itu. Negara-negara tersebut tertarik dengan iming-iming proteksi data pengguna yang ditawarkan oleh sistem.
Apple dan Google sesumbar bahwa mereka tidak menggunakan GPS untuk melacak pasien Covid-19 dan lebih mengutamakan perlindungan privasi pengguna. Teknologi ini menggunakan konsep contact tracing yang bertumpu pada Bluetooth untuk melacak pasien.
Lebih tepatnya, sistem ini memanfaatkan Bluetooth Low Energy (BLE) yang tidak menguras baterai smartphone saat diaktifkan.
Untuk mengumpulkan data, ada tiga kunci yang digunakan yakni tracing key, daily tracing key (pelacak harian), dan rolling proximity identifier (pengidentifikasi kedekatan). Software ini akan melacak pengguna yang kemungkinan pernah berkontak atau bersinggungan dengan pasien positif Covid-19.
Nantinya, otoritas kesehatan bisa mengidentifikasi terduga pasien terinfeksi, lalu meminta mereka untuk karintina mandiri.
Baca juga: Kominfo Ganti Nama Aplikasi Pelacak Pasien Covid-19 di Indonesia
Teknologi ini bisa memudahkan penelusuran, ketimbang menanyai pasien positif dan mengharuskan mereka mengingat-ingat pernah berkontak dengan siapa saja dan di mana saja.
Sistem ini juga bisa mengidentifikasi pasien OTG (orang tanpa gejala) yang tanpa disadari bisa menularkan virus ke orang lain. Kesuksean software tersebut bergantung pada seberapa banyak sistem itu diadopsi oleh masyarakat.
Dirangkum KompasTekno dari Phone Arena, Jumat (22/5/2020), Apple dan Google mengatakan bahwa sistem ini akan dinon-aktifkan ketika pandemi telah usai yang sampai saat ini belum bisa diprediksi kapan akan berakhir.
Terkini Lainnya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Ini Kata Menkominfo Soal Dugaan Kebocoran Data 200 Juta Warga Indonesia
- Ini Data yang Diklaim Didapat Hacker dari Situs KPU
- Promo Smartfren Ramadhan, Bonus Kuota Data dan Voucher Isi Ulang
- Data Diduga Bocor, KPU Sebut Informasi yang Disebar Hacker Bersifat Terbuka
- Ini Daftar Harga Smartphone Oppo Mei 2020