Kampanye Trump di Pilpres AS 2020 Terancam Direcoki "Hacker" Iran
- Di era digital, ranah maya sudah lumrah dijadikan medan perang siber untuk kepentingan politik. Pemilu Presiden AS tahun 2020 pun belakangan diduga terancam dicampuri oleh pihak asing.
Kemungkinan tersebut diungkap oleh Microsoft. Raksasa software pembuat Windows itu merasa perlu mengungkapkan temuannya soal keberadaan kelompok hacker asal Iran yang mulai melakukan langkah-langkah untuk interferensi Pemilu Presiden AS.
"Kami melihat aktivitas siber yang signifikan dari grup ancaman yang kami sebut 'Phosphorus', yang kami percaya berasal dari Iran dan memiliki asosiasi dengan pemerintah Iran," sebut Microsoft dalam sebuah posting di situsnya.
Baca juga: Harga Drone DJI Makin Mahal gara-gara Tarif Donald Trump
Grup peretas bernama Phosphorus ini terpantau oleh Microsoft Threat Intelligence Center (MSTIC). Selama 30 hari antara bulan Agustus hingga September 2019, Phosphorus melakukan 2.700 kali percobaan mengidentifikasi akun e-mail milik pelanggan Micosoft tertentu.
Dari jumlah tersebut, 241 e-mail di antaranya berupaya dibobol oleh Phosphorus. Akun-akun yang menjadi sasaran ini terkait dengan kampanye presiden AS, pejabat AS, wartawan yang meliput politik global, serta tokoh-tokoh Iran yang hidup di luar negerinya.
Microsoft tak menyebutkan kampanye siapa yang diincar oleh Phosphorus. Namun, keterangan sumber yang berbicara kepada Reuters menyebutkan sasarannya tak lain merupakan kampanye Presiden AS Donald Trump, seperti dirangkum KompasTekno, Sabtu (5/10/2019).
Baca juga: CEO Apple Datangi Trump, Keluhkan Tarif AS Menguntungkan Samsung
Situs kampanye resmi Trump memang terhubung dengan layanan cloud Microsoft. Meski demikian, tim kampanye Trump mengaku tak melihat adanya upaya meretas sistem mereka.
Sebanyak 19 calon kandidat dari Partai Demokrat akan bersaing untuk dinominasikan sebagai lawan Donald Trump pada 2020. Dari Partai Republik, setidaknya sudah ada tiga orang yang menyatakan berminat menggeser Trump sebagai jagoan partai.
Interferensi pemilu melalui jalur siber, terutama yang dilakukan sebuah aktor negara terhadap negara lain, bisa mengacaukan proses demokrasi dengan menggiring opini publik sesuai kehendak si penyerang.
Baca juga: iPhone Donald Trump Diduga Disadap China dan Rusia
Misalnya saja, Rusia marak dituding menginterferensi Pemilu Presiden AS pada 2016 sehingga berujung pada kemenangan Donald Trump. Tuduhan tersebut dibantah oleh Moscow. Iran pun kali ini belum berkomentar atas laporan Microsoft.
Hubungan Amerika Serikat dan Iran sendiri tidak bisa dibilang akur. Pada Mei 2018, Trump membawa AS keluar dari perjanjian dengan Iran soal pembatasan program nuklir untuk meringankan sanksi AS.
Trump kemudian kembali mengenakan sanksi ke Iran sehingga menekan ekonomi negara itu, termasuk dalam hal perdagangan minyak.
Terkini Lainnya
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2