cpu-data.info

Google Diam-diam Beli Data Kartu Kredit demi Pengiklan

Salah satu gedung di kantor pusat Google, Mountain View, California.
Lihat Foto

- Sudah jadi rahasia umum, jika istilah 'tidak ada makan siang gratis' juga berlaku di perusahaan teknologi yang menyediakan layanan gratis. Pada kasus Facebook awal tahun lalu misalnya.

Meski mengizinkan penguna mengakses jejaring sosial tersebut secara cuma-cuma, imbalannya adalah data pengguna yang dimanfaatkan untuk mempermudah akses pengiklan demi mencapai konsumen yang tepat.

Raksasa mesin pencarian Google, nyatanya tidak mau ketinggalan. Dengan dalih efektivitas sasaran iklan, Google bekerja sama dengan provider kartu kredit asal Amerika, Mastercard.

Bentuk kerja sama tersebut adalah pembelian data transaksi kartu kredit dari Mastercard oleh Google yang diperkirakan mencapai jutaan dollar AS.

Laporan Bloomberg dan Gizmodo menyebut, proses negosiasi kedua pihak sebenarnya telah berlangsung selama empat tahun.

Data dari Mastercard tersebut digunakan Google untuk membuka akses para pengiklan terpilih dengan alat yang mereka sebut "store sales measurement" yang diam-diam diluncurkan Google melalui blog resminya tahun lalu.

Namun dalam pengumumannya, Google tidak menyebut akan melibatkan data dari Mastercard. Alat tersebut bisa melacak bagaimana iklan online bisa membujuk targetnya untuk melakukan transaksi di dunia nyata.

Baca juga: Google Pensiunkan Platform Iklan AdWords, Ini Penggantinya

Data tersebut akan semakin membuat produk iklan Google lebih menarik bagi para pengiklan. Sebab, jika biasanya transaksi jual beli hanya bisa dilihat oleh konsumen, bank, dan toko, maka setelah perjanjian ini, Google bisa lebih menghubungkan calon pembeli ke penjual yang memasang iklan di Google secara lebih spesifik lagi.

Meski alat tersebut sudah membuka jalan para pengiklan sejak tahun lalu, publik, terutama yang menggunakan Mastercard, tidak diberikan informasi atas kerja sama dengan Google tersebut.

Kendati demikian, Google mengaku jika data transaksi kartu kredit yang dimanfaatkan alat iklan baru itu dilindungi enkripsi dan bersifat anonim.

Namun data anonim agaknya tidak terlalu berarti jika si pemilik adalah Google, di mana mesin iklannya bisa melacak informasi spesifik penggunanya dari sejumlah layanan seperti e-mail, riwayat pencarian, dan kini termasuk kebiasaan transaksi belanja.

Google pun memberikan klarifikasi secara diplomatis bahwa data pengguna digunakan untuk memberikan informasi kepada pengiklan untuk efektivitas periklanan mereka, bukan digunakan untuk menargetkan iklan.

Facebook dan Amazon 

Nyatanya tidak hanya Google. Dihimpun KompasTekno dari laporan Gizmodo, Kamis (6/9/2018),  beberapa korporat Silicon Valley juga melakukan hal yang sama. Facebook, terindikasi sedang mendekati pihak bank untuk mendapatkan akses data finansial penggunanya.

Wall Street Journal melaporkan, Facebook ingin mendapatkan informasi spesifik tentang saldo keuangan dan transaksi invidual nasabah. Facebook disebut ingin membuat chatbots di Messenger untuk mempermudah pengguna mengecek saldo tabungan dan pertanyaan seputar perbankan lain.

Baca juga: Facebook Kini Lebih Transparan soal Iklan

Perwakilan Facebook menyanggah berita tersebut. Namun mereka tak membantah melakukan komunikasi dengan pihak bank untuk meminta informasi keuangan penggunanya, meski mengelak jika tujuannya adalah untuk iklan.

Selain Facebook, e-commerce raksasa dunia, Amazon juga diduga mendekati pihak bank untuk meminta informasi yang sama. Amazon diketahui sedang mendekati beberapa perusahaan bank besar, seperti JP Morgan Chase untuk membuat produk serupa dengan Facebook, yakni memudahkan pengguna mengecek saldo bank

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat