Apple Klaim 100 Persen Pakai Energi Terbarukan

- Sebagai raksasa teknologi, Apple dikenal getol soal pemakaian energi terbarukan (renewable) yang lebih ramah lingkungan, dibanding sumber energi tidak terbarukan dari bahan bakar fosil.
Pekan ini, Apple mengumumkan bahwa kegiatan operasionalnya di seluruh dunia sudah 100 persen memakai energi terbarukan. Sebelumnya, dua tahun lalu, angka tersebut masih berada di kisaran 93 persen.
Energi terbarukan itu dipakai di berbagai fasilitas Apple yang tersebar di 43 negara, termasuk toko ritel, data center, dan kompleks perkantoran.
“Sejak 2014, semua data center Apple sudah 100 persen memakai engergi terbarukan. Lalu, sejak 2011, proyek-proyek energi terbarukan Apple telah mengurangi emisi gas rumah kaca (Co2e) sebanyak 54 persen dari fasilitas-fasilitasnya di seluruh dunia,” tulis Apple dalam pengumumannya.
Secara global, Apple mengoperasikan 25 proyek energi terbarukan dengan total kapasitas 626 megawatt. Ada 15 proyek lagi yang sedang dibangun. Nantinya, total kapasitas energi terbarukan Apple akan meningkat menjadi 1,4 gigawatt.
Baca juga: Kantor Baru Apple yang Serba Kaca, Keren tetapi Bikin Celaka
Secangkir kopi di sungai
Meski mengklaim demikian, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Verge, Rabu (11/4/2018), bukan berarti energi listrik yang dikonsumsi semua fasilitas Apple “100 persen” berasal dari sumber terbarukan.
Sebab, listrik dari sumber energi terbarukan yang sudah didistribusikan ke keseluruhan sistem power grid tidak bisa dibedakan dari listrik milik pembangkit konvensional, ibarat secangkir kopi yang sudah larut di sungai.
Perusahaan pun tidak bisa memilih untuk hanya menggunakan energi dari sumber terbarukan saja. Contoh kasusnya seperti toko ritel Apple yang tersambung ke jaringan listrik di sebuah kota, yang notabene listriknya berasal dari berbagai sumber.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, perusahaan yang ingin lebih “hijau” seperti Apple kemudian membeli Renewable Energy Certificate (REC), berupa sertifikat kepemilikan energi bersih dalam jumlah tertentu yang sama dengan angka konsumsi energinya.
“Di mana tidak memungkinkan untuk membangun generator sendiri, kami menandatangani kontrak pembelian energi jangka panjang untuk mendukung proyek lokal yang sesuai dengan prinsip energi terbarukan kami,” sebut Apple.
REC bisa diibaratkan sebagai kebalikan pajak karbon (carbon tax). Alih-alih dikenakan pajak untuk pemakaian sumber bahan bakar dari karbon, produsen energi terbarukan justru diberikan insentif. Penjelasan selengkapnya bisa dilihat dalam dokumen pemerintah AS di tautan berikut.
Cara serupa juga ditempuh oleh Google yang beberapa hari lalu mengumumkan sudah “membeli” energi dari sumber terbarukan dengan jumlah lebih banyak dari yang dikonsumsi.
Terkini Lainnya
- Kenapa Celah Keamanan Disebut Bug atau Kutu? Begini Penjelasannya
- Oppo Gandeng Google Bikin Agentic AI, Bikin HP Makin Pintar
- Game "The Last of Us Complete" Dirilis untuk PS5, Versi Lengkap Part I dan II
- Fujifilm Instax Mini 41 Meluncur, Kamera Foto Instan Gaya Retro
- Apple, Microsoft, dkk Terbangkan Ribuan Komponen Laptop ke AS
- Apa Itu eSIM? Begini Perbedaannya dengan Kartu SIM Biasa
- Harimau Biru di Sphere Las Vegas, Karya Gemilang Ilustrator Indonesia
- Microsoft Tutup Skype, Pelanggan Ini Tuntut Uangnya Dikembalikan
- Awas Klik File di WhatsApp Desktop Bisa Kena Malware, Update Sekarang!
- Pasar PC Global Tumbuh 9 Persen Awal 2025, Ini Penyebabnya
- AMD Rilis Ryzen 8000 HX, Chip Murah untuk Laptop Gaming
- Trump Bebaskan Tarif untuk Smartphone, Laptop, dan Elektronik dari China
- Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India ke AS
- LAN: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, Karakteristik, serta Kelebihan dan Kekurangannya
- 3 Game Gratis PS Plus April 2025, Ada Hogwarts Legacy