Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah Dominasi Internet di Indonesia

- Pengguna Internet di Indonesia berdasarkan level ekonomi didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Hasil itu didapatkan dari survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) tentang Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2017.
Strata ekonomi sosial menengah ke bawah mendominasi lebih dari tiga perempat dari total pengguna internet di Indonesia dengan persentase 74,62 persen. Jauh dibandingkan dengan strata ekonomi sosial kelas atas yang hanya mencakup 7,39 persen.
Namun, secara penetrasi ekonomi pengguna internet strata menengah ke bawah hanya mencapai 58,55 persen. Berbanding terbalik dengan strata ekonomi atas yang mencapai sebesar 93,10 persen.
Meskipun begitu, jumlah pengguna internet dari masyarakat kelas menengah ke bawah tetap lebih banyak dibanding strata ekonomi kelas atas.
Dari 143,26 juta masyarakat Indonesia yang sudah terkoneksi internet, ada sekitar 62,58 juta masyarakat kelas menengah ke bawah yang menggunakan internet. Sedangkan masyarakat kelas atas sebesar 2,83 juta jiwa.
Dari informasi yang diterima KompasTekno dari situs APJII, Kamis (22/2/2018), separuh dari penguna internet di Indonesia, yakni sebesar 50,8 persen, menggunakan smartphone atau tablet untuk mengakses internet.
Pengguna perangkat mobile tersebut sebagian besar berada di sebaran wilayah urban dan rural-urban. Cakupan urban didefinisikan APJII sebagai wilayah adminitratif yang sebagian besar GDP berasal dari sektor non-pertanian.
Sedangkan wilayah rural-urban mendapatkan sebagian besar GDP-nya dari gabungan sektor non-pertanian dan pertanian.
Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan, kelas menengah ke bawah merupakan kelompok yang berpenghasilan kurang dari Rp 2,6 juta per bulan.
Serbuan smartphone kelas entry-level dan mid-range dengan patokan harga kurang dari satu juta hingga tiga jutaan, disebut sebagai faktor pendorong penggunaan internet di masyarakat kelas menengah bawah.
Segmen smartphone tersebut cukup menarik bagi konsumen yang hijrah dari feature phone yang hanya biasanya melakukan panggilan telepon dan SMS menuju tren smartphone.
Dalam survei internet 2017, APJII menggunakan 2.500 responden dengan margin of error +- 1,96 persen dan level of confidence 95 persen. Pengumpulan data ini melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Responden berasal dari enam wilayah Indonesia, yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa, dan Maluku-Papua.
APJII menggunakan metodologi multi stage cluster sampling, yakni urban, rural-urban, dan rural. Survei dengan metodologi ini diklaim bisa mengetahui persoalan yang dihadapi terkait penetrasi internet di Indonesia.
Baca juga : Kominfo Tegaskan Mesin Sensor Internet di Indonesia Bukan Mesin Sadap
Terkini Lainnya
- Ada Tarif Trump, Jepang Subsidi Warganya Setara Nintendo Switch 2
- 3 Cara Cek HP Support eSIM di Android dan iPhone dengan Mudah
- Apple Maps Kini Bisa Digunakan di Android, tapi Setengah Hati
- 9 Trik Bikin Ruang Penyimpanan iPhone Lebih Bersih Tanpa Hapus Foto dan Video
- Kenapa Celah Keamanan Disebut Bug atau Kutu? Begini Penjelasannya
- Oppo Gandeng Google Bikin Agentic AI, Bikin HP Makin Pintar
- Game "The Last of Us Complete" Dirilis untuk PS5, Versi Lengkap Part I dan II
- Fujifilm Instax Mini 41 Meluncur, Kamera Foto Instan Gaya Retro
- Apple, Microsoft, dkk Terbangkan Ribuan Komponen Laptop ke AS
- Apa Itu eSIM? Begini Perbedaannya dengan Kartu SIM Biasa
- Harimau Biru di Sphere Las Vegas, Karya Gemilang Ilustrator Indonesia
- Microsoft Tutup Skype, Pelanggan Ini Tuntut Uangnya Dikembalikan
- Awas Klik File di WhatsApp Desktop Bisa Kena Malware, Update Sekarang!
- Pasar PC Global Tumbuh 9 Persen Awal 2025, Ini Penyebabnya
- AMD Rilis Ryzen 8000 HX, Chip Murah untuk Laptop Gaming