cpu-data.info

Dulu Berstatus Startup Unicorn, Kini Bukalapak Tutup Layanan Marketplace

Bukalapak tutup penjualan produk fisik mulai Januari 2025 dan beralih ke penjualan produk virtual. Bagaimana sejarah perkembangan Bukalapak di Indonesia?
Lihat Foto

- Bukalapak yang baru saja membuat pengumuman yang cukup mengejutkan publik. Platform yang telah beroperasi sejak 15 tahun lalu itu resmi mengumumkan melakukan penutupan layanan marketplace, pada Selasa kemarin (7/1/2025).

Layanan marketplace Bukalapak tutup alias tidak bakal ada lagi jualan dari pelapak atau pedagang seperti yang selama ini tersedia. Pengumuman ini cukup mengejutkan mengingat capaian-capaian Bukalapak sebagai platform marketplace.

Baca juga: Akhir Marketplace Bukalapak, Tutup Jualan Fisik dan Fokus Produk Virtual

Sebelum ditutup, layanan marketplace pernah mengantarkan Bukalapak menjadi startup berstatus “Unicorn” pada 2018. Jauh sebelum itu, berkat layanan marketplace pula Bukalapak berhasil melewati masa krisis di awal pengembangan.

Masa awal pengembangan Bukalapak

Bukalapak pertama kali beroperasi pada 2010 yang diinisiasi oleh Ahmad Zacky dan dua orang kawannya, yaitu Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. Dari awal pengembangan, Bukalapak sudah didesain sebagai marketplace.

Bukalapak dari awal dikembangkan agar menjadi lapak untuk pedagang bisa berjualan secara online. Masa awal pengembangan Bukalapak menjadi masa yang berat bagi tiga serangkai itu.

Dikutip dari Antara News, Bukalapak saat awal beroperasi tidak ada pengunjung sama sekali.
Masalah tersebut disebabkan karena banyak pengguna di sekitar tahun 2010 yang belum terbiasa dengan marketplace untuk jual-beli online.

Selain tak punya pengunjung, Bukalapak juga sulit mencari pedagang yang mau berjualan online di platform ini. Dikutip dari Kr Asia, saat awal Bukalapak beroperasi, hanya ada satu dari lima bisnis yang mau menjajal berdagang di platform tersebut.

Kemudian, Bukalapak juga pernah mengalami krisis keuangan. Pada 2011, Bukalapak yang berusia satu tahun hampir tutup. Saat itu, Bukalapak padahal sudah cukup memiliki pasar.

Bukalapak sudah terkenal di kalangan pengguna yang hobi bersepeda, khususnya sepeda fixie. Sebagai platform berbasis website, Bukalapak sudah bisa menghasilkan 8,7 juta tampilan halaman per bulan pada 2011.

Capaian ini merupakan lompatan yang sangat jauh dibanding bulan pertama Bukalapak beroperasi, yang hanya mencatat 150.000 klik. Namun, capaian akses tersebut tidak diikuti dengan capaian pendapatan.

Pendapatan yang diperoleh Bukalapak kala itu dari iklan yang dibayar pedagang hanya berkisar Rp 6–10 juta Pendapatan ini tak cukup buat bayar operasional dan Bukalapak mengalami krisis keuangan.

Di tengah krisis ini, Bukalapak nyatanya tidak menghapus layanan marketplace miliknya. Bukalapak malah mendapat “bantuan” dari pemodal ventura asal Jepang Takeshi Ebihara yang berinvestasi sebesar Rp 2 miliar.

Dengan investasi ini, Bukalapak akhirnya bisa melanjutkan nafas kembali. Seiring waktu, Bukalapak terus bertumbuh pesat.

Berkembang pesat dan menjadi startup “Unicorn”

Pada 2013, Bukalapak berhasil mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp 500 juta atau Rp1,5 miliar setiap bulan. Bukalapak saat itu juga memiliki lebih dari 80.000 penjual dan 30 juta tampilan halaman per bulan.

Kemudian, pada sekitar awal 2018, Bukalapak juga berhasil menjadi startup “Unicorn” ke-empat di Indonesia dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS. Status ini didapat setelah Bukalapak setelah menerima suntikan dana dari beberapa grup investor besar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat