cpu-data.info

Temuan Amnesty International: Polisi Serbia Mata-matai Ponsel Jurnalis Pakai Spyware

Ilustrasi serangan malware. Bashe Ransomware diduga menyerang bank asal Indonesia
Lihat Foto

- Organisasi independen yang aktif mengawal hak asasi manusia (HAM), Amnesty International melaporkan adanya praktik penyalahgunaan teknologi pengawasan oleh pihak kepolisian Serbia yang menargetkan jurnalis.

Pihak kepolisian Serbia disebut membuka paksa, kemudian menyuntikkan spyware (software mata-mata) secara diam-diam ke smartphone milik jurnalis tersebut.

Spyware tersebut dilaporkan memungkinkan pihak berwenang Serbia mengakses pesan pribadi, panggilan telepon, lokasi, hingga dokumen yang tersimpan di smartphone.

Hal ini diungkap dalam laporan bertajuk "Serbia: Pihak berwenang menggunakan spyware dan alat ekstraksi forensik Cellebrite untuk meretas jurnalis dan aktivis" yang dipublikasi pada 16 Desember 2024.

Semua bermula ketika jurnalis investigasi independen Serbia bernama Slaviša Milanov ditangkap dan ditahan oleh polisi pada Februari 2024, dengan dalih melakukan tes mengemudi dalam pengaruh alkohol.

Baca juga: Pengguna iPhone dan iPad Lawas Wajib Update untuk Tangkal Spyware Pegasus

Slaviša menyerahkan ponsel Android miliknya di resepsionis kantor polisi dalam kondisi dinonaktifkan kepada polisi. 

Selama dalam tahanan, Slaviša diinterogasi oleh petugas berpakaian sipil tentang pekerjaan jurnalismenya. Setelah dibebaskan dan mendapatkan ponselnya kembali, Slaviša menyadari ada sesuatu yang aneh.

“Saya perhatikan bahwa data seluler (transmisi data) dan Wi-Fi saya dimatikan. Aplikasi data seluler di ponsel saya selalu menyala. Ini adalah kecurigaan pertama bahwa seseorang telah menyusup ke ponsel saya,” kata Milanov kepada TechCrunch dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Milanov mengatakan bahwa ia menggunakan StayFree, sebuah perangkat lunak yang melacak berapa lama seseorang menggunakan aplikasi mereka.

Dari data StayFree, Milanov menyadari bahwa "banyak aplikasi yang aktif" ketika seharusnya ponselnya dimatikan selagi dirinya diinterogasi.

Banyaknya aplikasi yang aktif ini juga aneh, karena menurut Milanov, polisi tidak pernah meminta atau memaksanya untuk memberikan kode sandi ponselnya.

"Hal itu menunjukkan bahwa selama periode dari pukul 11:54 hingga 13:08, aplikasi Pengaturan dan Keamanan sebagian besar diaktifkan, begitu juga dengan aplikasi Manajer File serta Google Play Store, Perekam, Galeri, Kontak, yang bertepatan dengan waktu ketika ponsel tersebut tidak bersama saya," kata Milanov.

"Selama waktu itu mereka (polisi Serbia) mengekstraksi data sebesar 1,6 GB dari ponsel saya," lanjut Milanov, sebagaimana dihimpun dari TechCrunch.

Pada saat menyadari hal tersebut, Milanov "sangat terkejut dan sangat marah" dan memiliki "firasat buruk" tentang privasinya. Slaviša pun menghubungi Amnesty International untuk meminta ponselnya diperiksa secara forensik.

Ditemukan jejak UFED dan NoviSpy

Ilustrasi malware di Android.Ist Ilustrasi malware di Android.
Kepala Laboratorium Keamanan Amnesty, Donncha Ó Cearbhaill, menganalisis ponsel Milanov. Cearbhaill menemukan, ponsel Android milik Milanov telah dibuka secara diam-diam dengan teknologi Universal Forensic Extraction Device (UFED) milik Cellebrite.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat