Tren AI Bikin Konsumsi Air Dunia Meningkat, Kok Bisa?
- Tren adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) membuat konsumsi air dunia meningkat. Hal ini disimpulkan dalam laporan terbaru yang dirilis media internasional FinancialTimes.
Dalam laporan ini, disebutkan bahwa konsumsi air yang digunakan untuk mendinginkan data center di negara bagian Virginia, Amerika Serikat (AS) meningkat sejak 2019 lalu.
Menurut FinancialTimes, peningkatan konsumsi air untuk data center di sana mencapai 1,85 miliar galon (sekitar 7 miliar liter) per 2023 lalu, naik dari 1,13 miliar galon (sekitar 4,2 miliar liter) dari data per 2019 lalu.
Untuk konsumsi air untuk data center di dunia, FinancialTimes mencatat angkanya mencapai nyaris 200 miliar galon (sekitar 757 miliar liter) per 2023 lalu.
Baca juga: ChatGPT Butuh Sebotol Air Mineral untuk Setiap 5 Pertanyaan
Angka konsumsi air ini kemungkinan meningkat menjadi lebih dari 250 miliar galon (sekitar 946 miliar liter) pada 2030 mendatang.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran, lantaran konsumsi air berlebih akan berdampak pada keberlanjutan lingkungan, terutama kekeringan atau krisis air dunia. Lantas, mengapa AI bisa meningkatkan konsumsi air?
Air dipakai sebagai sistem pendingin
Seperti diketahui, perangkat komputasi canggih macam data center akan mengeluarkan panas ketika beroperasi dan bekerja tanpa henti.
Perangkat data center biasanya digunakan untuk memproses berbagai aplikasi, platform, hingga model AI. Supaya tidak kepanasan, atau yang lebih parah meledak, maka air digunakan sebagai sistem pendingin data center tersebut.
Nah, air yang dipakai sebagai sistem pendingin ini biasanya ditampung dan mengalir dalam satu pipa atau selang sirkulasi air yang melewati berbagai komponen data center.
Baca juga: Dua Tahun Microsoft Riset Taruh Server di Bawah Laut, Ini Temuan Mereka
Dengan suhu air yang tentunya lebih dingin, suhu panas yang dihasilkan dari aneka komponen data center bisa diredam, sehingga perangkat tersebut akan lebih adem dan beroperasi tanpa ada masalah.
Adapun data center sendiri biasanya dipakai untuk menjalakan berbagai aplikasi dan model AI, misalnya seperti GPT-4o atau ChatGPT buatan OpenAI, Gemini buatan Google, hingga Copilot buatan Microsoft.
Artinya, tren AI yang semakin meningkat akan turut menambah jumlah data center, dan penambahan data center tentunya akan turut menambah sistem pendingin dan konsumsi air.
Masalah di sini adalah air di dalam sistem pendingin data center ini biasanya tidak bisa disirkulasikan atau digunakan kembali secara berulang.
Sebab, air di sistem pendingin tersebut biasanya akan menguap seiring penggunaan, sehingga perusahaan yang memiliki data center terpaksa harus menambah atau memasukkan air baru ke dalam sistem pendingin ini.
Terkini Lainnya
- Steam Setop Dukungan Windows 7 dan 8, Gamer Diminta Upgrade ke OS Baru
- AI Baru Buatan Induk ChatGPT Bisa Ambil Alih Komputer Pengguna
- Spotify mulai Gaji Kreator Video Podcast
- Berapa Lama WhatsApp Diblokir karena Spam? Ini Dia Penjelasannya
- Sejarah Silicon Valley, Tempat Bersarangnya Para Raksasa Teknologi
- YouTube Rilis Fitur Saweran "Jewels", Mirip Coin di TikTok
- Cara Buat Daftar Isi yang Bisa Diklik Otomatis di Google Docs
- Twilio Ungkap Rahasia Cara Memberi Layanan Pelanggan secara Maksimal
- Fungsi Rumus AVERAGE dan Contoh Penggunaannya
- 2 Cara Menyembunyikan Nomor saat Telepon di HP dengan Mudah dan Praktis
- Kata POV Sering Keliru di Medsos, Begini Arti yang Benar
- Cara Langganan GetContact biar Bisa Cek Tag Nomor Lain
- Samsung Bikin Galaxy S25 Versi Tipis demi Saingi iPhone 17 Air?
- Mana Lebih Baik, Laptop Windows atau Chromebook? Begini Pertimbangannya
- Kenapa Fitur Find My Device Tidak Berfungsi? Begini Penjelasannya
- Sekjen DPR: Akun E-mail @dprnow Disalahgunakan, Bukan Diretas
- Arti Kata "Tone-Deaf" yang Sering Muncul di Media Sosial
- "My Lovely Empress", Game Buatan Developer Indonesia Resmi Meluncur
- Tabel Spesifikasi dan Harga Oppo A3x di Indonesia, mulai Rp 1 Jutaan
- Samsung Galaxy S21 FE Dapat Update AI Circle to Search