Axiata Group Berharap Proses Merger XL-Smartfren Selesai Akhir 2024

JAKARTA, - Induk operator seluler XL Axiata, Axiata Group, menargetkan proses penggabungan dua entitas (merger) XL dan Smartfren bisa rampung setidaknya akhir tahun 2024 ini.
Menurut Group Chief Financial Officer Axiata Group, Nik Rizal Kamil, saat ini XL dan Smartfren sedang menjalani proses due diligence atau uji tuntas.
Proses ini menurut Nik, bisa memakan waktu hingga tiga bulan. Nik mengatakan selama proses tersebut Axiata juga menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam proses merger, sehingga proses penggabungan ini bisa lebih cepat selesai.
"Kami harap proses merger ini bisa selesai akhir tahun ini," kata Nik dalam sesi media briefing di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (13/6/2024).
Baca juga: Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?
Nik juga membandingkan proses merger XL dan Smartfren dengan Indosat dan Hutchison Tri Indonesia.
Menurut Nik, Indosat dan Tri butuh waktu sekitar 12 bulan untuk menyelesaikan proses merger. Dengan adanya pengalaman tersebut, ia berharap pemerintah juga dapat memangkas waktu proses penggabungan XL Axiata dan Smartfren.
"Kami harapkan bisa kurang dari satu tahun," lanjut Nik.
Dalam kesempatan yang sama, Nik juga mengungkap alasan Axiata melakukan penggabungan bisnis XL Axiata dengan Smartfren. Menurut Nik, ada dua alasan utama yang melatar-belakangi penggabungan dua entitas ini.
Alasan pertama adalah spektrum. Nik mengatakan, jika kedua perusahaan bergabung, mereka bisa memanfaatkan spektrum dengan lebih optimal, dan bersaing dengan operator seluler lain di Indonesia.
Baca juga: Axiata: Starlink Masih Mahal di Indonesia dan Belum Berdampak Besar di Malaysia
"Jika berdiri sendiri, sulit berkompetisi dengan Telkomsel dan Indosat," kata Nik.
XL Axiata sendiri saat ini mengoperasikan 45 MHz di frekuensi 1.800 MHz, 15 Mhz di frekuensi 900 MHz, dan 30 MHz di spektrum frekuensi 2.100 MHz. Totalnya adalah 90 MHz.
Sementara Smartfren mengoperasikan lebar pita 22 MHz di frekuensi 850 MHz dan 40 MHz di frekuensi 2.300 MHz. Totalnya adalah 62 MHz.

Jika digabung, XL Axiata dan Smartfren akan memiliki pita frekuensi selebar 152 MHz.
Jumlah spektrum frekuensi gabungan XL Axiata dan Smartfren masih lebih kecil dibandingkan dengan spektrum frekuensi yang dioperasikan dua operator seluler lainnya.
Telkomsel memiliki pita selebar 195 MHz. Kemudian pita frekuensi Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) adalah selebar 135 MHz.
Terkini Lainnya
- Instagram Uji Tombol "Dislike", Muncul di Kolom Komentar
- Video: Hasil Foto Konser Seventeen di Bangkok, Thailand, dan Tips Rekam Antiburik
- ZTE Blade V70 Max Dirilis, Bawa Baterai 6.000 mAh dan Dynamic Island ala iPhone
- 4 HP Android Murah Terbaru 2025, Harga Rp 2 juta-Rp 3 jutaan
- Cara Cek Numerologi di ChatGPT yang Lagi Ramai buat Baca Karakter Berdasar Angka
- 61 HP Samsung yang Kebagian One UI 7
- AMD dan Nvidia Kompak Umumkan Tanggal Rilis GPU Terbarunya
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Sempat Keluar dari Indonesia, 4 Merek Smartphone Ini Comeback ke Tanah Air
- Keracunan Data, Modus Baru Menyasar Pelatihan AI
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- Broadcom dan TSMC Ingin Pecah Intel Jadi 2 Perusahaan
- WhatsApp Sebar Fitur Tema Chat, Indonesia Sudah Kebagian
- Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra yang Meluncur Sebentar Lagi
- 2,5 Miliar Akun Gmail Terancam AI Hack
- HP Musik dan HP Berkamera 108 MP ZTE Bakal Rilis di Indonesia?
- Target ZTE Masuk 5 Besar Vendor Ponsel Indonesia 2029
- Tecno Rilis Pova 6 dan Infinix Punya GT20 Pro, "Perang Saudara" tapi Tak Saling Senggol
- HP ZTE Nubia Neo 2 Pakai Chipset Lama tapi Fitur "Naik Kelas"
- Axiata: Starlink Masih Mahal di Indonesia dan Belum Berdampak Besar di Malaysia