Peringatan tentang AI yang Pintar Menipu dan Bahayanya bagi Manusia
- Kecerdasan buataan (artificial intelligence/AI) dibuat agar dapat memudahkan berbagai pekerjaan. Akan tetapi, baru-baru ini peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) memperingatkan bahwa AI bisa berbalik mengancam manusia lewat tipu muslihat.
Alasannya, AI dapat belajar dan mampu melakukan penipuan, alias upaya sistematis untuk memberi keyakinan palsu kepada orang untuk mencapai hasil berbeda dari apa yang dikatakan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti MIT tersebut mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan tipe Large Language Model (LLM) dan sistem AI lainnya dapat belajar teknik-teknik untuk mengelabui orang, misalnya manipulasi dan berbuat curang.
Baca juga: Riset: Bos-bos Perusahaan di Dunia Khawatir soal Risiko AI
Dalam laporan studi yang dipubikasikan di jurnal Patterns itu, disebutkan bahwa AI yang dijadikan subyek penelitian sebenarnya tidak dengan sengaja dilatih untuk menipu. Namun, AI kerap belajar dan menggunakan penipuan sebagai sarana mencapai tujuan.
"Para pengembang AI tidak tahu pasti apa persisnya yang menyebabkan perilaku negatif di AI seperti kecenderungan untuk menipu," ujar Dr. Peter S Park, salah satu peneliti dalam studi tersebut.
"Secara umum, kami pikir kecurangan AI terjadi karena strategi itulah yang dipandang (oleh AI) paling bagus untuk memberi hasil memuaskan dalam tugas pelatihannya. Penipuan membantu mereka mencapai tujuan," imbuh Park.
AI pakar tipu muslihat
Salah satu AI yang diamati oleh para peneliti MIT adalah Cicero yang dikembangkan oleh Meta, perusahaan induk Facebook. Cicero menunjukkan perilaku menarik ketika memainkan game strategi, Diplomacy.
Meta mengeklaim bahwa Cicero adalah "AI pertama yang bisa bermain setingkat dengan manusia". Berdasarkan penelitian MIT, klaim itu ternyata ada benarnya. Cicero bahkan disebut berada di antara 10 persen pemain terbaik dalam game tersebut.
Namun, Cicero mencapai puncak dengan cara culas dan gemar menikam dari belakang. Menurut Park, Cicero membangun aliansi dengan pemain-pemain lain.
"Namun, ketika aliansi tersebut tak lagi berguna untuk mencapai tujuannya memenangkan permainan, Cicero secara sistematis mengkhianati para sekutunya," ujar Park.
Menurut studi, Meta sebenarnya berhasil membuat Cicero jadi pemain andal di game Diplomacy, tapi gagal melatihnya bermain jujur. Alih-alih demikian, para peneliti MIT menjuluki bahwa Cicero menjadi "pakar tipu muslihat".
Baca juga: Karyawan Tertipu Deepfake, Perusahaan Rugi Rp 403 Miliar
Lain lagi kelakuan AlphaStar, AI dari DeepMind yang dimiliki oleh Google, ketika bermain game real time strategy (RTS) StarCraft 2.
AlphaStar suka memanfaatkan fog of war (area permainan yang tidak terlihat karena tidak ada unit pemain di sana) untuk berpura-pura melancarkan serangan ke satu daerah. Padahal ada serangan sebenarnya yang lebih besar ditujukan ke daerah lain.
Lalu ada juga AI lain buatan Meta, Pluribus, yang bisa sukses menggertak pemain lain dalam permainan poker sehingga menyerah (fold). Padahal, deretan kartu Pluribus sebenarnya payah, tapi sang AI sukses menakut-nakuti.
Bisa pura-pura baik
Tipu muslihat AI tidak terbatas hanya di dalam game saja karena sistem-sistem AI lain yang "dilatih untuk bernegosiasi dalam transaksi ekonomi", menurut studi MIT, belajar untuk menyembunykan niat mereka yang sebenarnya agar mendapat keuntungan.
Terkini Lainnya
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Ini Dia, Smartphone dengan Layar Sekunder Dikelilingi Kamera
- 3 Cara Cek Versi Windows 32-bit atau 64-bit dengan Mudah dan Cepat
- PS5 Pro Ditenagai GPU Baru dari AMD, Seperti Ini Kemampuannya
- Instagram Creator Marketplace, Jejaring Kreator IG-Brand Kini Ada di Indonesia
- Platform Distribusi Game Steam Diblokir di Vietnam
- Perbandingan Spesifikasi iPad Pro 2024 dan iPad Air 2024
- Samsung Galaxy M15 5G Segera Masuk Indonesia, Intip Spesifikasinya
- MediaTek Rilis Chip Dimensity 8250, Dukung Kamera HP 320 MP