Pemikiran CTO Amazon Werner Vogels tentang AI, Budaya, dan Etika
- Dr. Werner Vogels, Chief Technology Officer Amazon berkunjung ke Indonesia pada akhir April 2024.
Dr. Vogels adalah orang yang bertanggung jawab untuk mendorong visi teknologi Amazon yang berpusat pada pelanggan. Ia sangat percaya pada kekuatan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan manfaat yang lebih besar.
Kepada KompasTekno, Dr. Vogels membagikan pemikirannya tentang bagaimana kecerdasan buatan harus melibatkan unsur kultural masyarakat setempat penggunanya, hingga etika AI. Berikut ini adalah petikan pemikiran Dr. Vogels.
AI yang sadar budaya
Salah satu penemu kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) adalah John McCarthy. Pada tahun 1956, McCarthy bersama Marvin Minsky adalah orang pertama yang benar-benar menggunakan istilah kecerdasan buatan.
Tapi McCarthy juga memiliki pernyataan bahwa, "Begitu berhasil, kita tidak menyebutnya AI lagi."
Jadi, sebenarnya ada banyak sekali pekerjaan di bidang AI yang telah ada dan kita tidak menyadarinya, katakanlah, dalam sembilan hingga satu setengah tahun terakhir.
Baca juga: AI dan Teknologi Bahasa: Penghapus Kendala Akses Interaksi Global
Sebelumnya, kami (Amazon) memiliki sejarah yang sangat panjang dalam membangun AI dan membangun alat yang bekerja dengan sangat baik. Deteksi objek, penglihatan, pemrosesan bahasa alami, speech-to-text, text-to-speech, peramalan, analisis sentimen, semua area yang berbeda ini. Itu semua adalah AI.
Kita semua berbasis pada pembelajaran mesin dan data, membangun model dari data tersebut, dan kemudian mengajukan pertanyaan terhadap data tersebut. Dan sebagai contoh, jika Anda pernah menjadi pelanggan ritel Amazon, seperti situs web Amazon, Anda telah menggunakan AI selama 20 tahun terakhir. Anda hanya tidak menyadarinya.
Rekomendasi, kesamaan, rangkuman ulasan, deteksi kesalahan, deteksi barang palsu, semua hal ini adalah AI. Dan kami telah melakukan hal tersebut untuk waktu yang lama. Dan semua hal itu bekerja dengan sangat, sangat baik.
Menurut saya, hal ini lebih penting, bahkan lebih penting daripada di banyak negara lain, yaitu memastikan bahwa apa pun yang kita bangun dalam AI, model-modelnya menggabungkan pengetahuan lokal dan budaya lokal.
Dan saat ini, sebagian besar model (AI) yang telah dibangun, di Amerika Serikat dan Eropa Barat, misalnya, sebagian besar menggunakan bahasa Inggris.
Dan tidak hanya bahasanya, tetapi juga kontennya, budaya yang tertanam dalam bahasa-bahasa tersebut.
Jika semuanya bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, maka itu akan baik-baik saja. Namun, sering kali ada pengetahuan budaya yang disertakan dalam bahasa tersebut, dalam pengetahuannya.
Jadi, sebagai contoh, organisasi AI Singapura yang berjalan di atas AWS telah membangun sebuah model yang disebut Sea Lion.
Dan Sea Lion dibuat dari 11 bahasa di Asia Tenggara. Namun tidak hanya bahasanya saja, tetapi juga dokumen lokal dalam bahasa tersebut. Jadi, ini berarti tidak hanya menggabungkan bahasa itu sendiri, tetapi juga semua pengetahuan, pengetahuan historis yang ada di dalam bahasa-bahasa tersebut.
Terkini Lainnya
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Konsol Handheld Windows 11 Acer Nitro Blaze 8 dan Nitro Blaze 11 Resmi, Ini Harganya
- X/Twitter Akan Labeli Akun Parodi
- Deretan Laptop Baru Asus di CES 2025, dari Seri Zenbook hingga ROG Strix
- 5 Penyebab Tidak Bisa Lihat Profil Kontak WA Orang Lain
- Cara Logout Akun Google Photos dari Perangkat Lain
- Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
- RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Pasar Ponsel Dunia Akhirnya Membaik, Naik 4 Persen Tahun Lalu
- 10 Jenis Cookies di Internet dan Fungsinya
- Fitur Baru ChatGPT Bisa Ngobrol ala Gen Z
- Sah, AS Perketat Ekspor Chip AI ke Pasar Global
- Cara Edit Foto Background Merah untuk Daftar SIPSS 2025, Mudah dan Praktis
- AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Sudah Ada di iPhone
- Gaji CEO Apple Tim Cook Naik pada 2024, Sekian Jumlahnya
- Honor dan Huawei Kuasai Pasar HP China, Apple Terpuruk
- Samsung Experience Lounge Hadir di Jakarta, "Ruangan" Smart Home dan Serba AI
- Microsoft Akan Beri Pelatihan AI Skilling untuk 840.000 Orang di Indonesia
- Merger XL Axiata-Smartfren, Siapa Berkuasa?
- Bocoran iPhone 16 Series, Bawa Layar Lebih Luas dari iPhone 15