AI Firefly Adobe Mengkanibal Produknya Sendiri?

- Adobe memiliki Firefly, yakni image generator berbasis kecerdasan buatan (AI). Seperti layanan sejenisnya, Firefly mampu menghasilkan beragam gambar dan efek visual berdasarkan perintah dari pengguna lewat input teks.
Namun, meskipun memberikan kemudahan dan membuka banyak kemungkinan, teknologi AI ini disinyalir ikut memberikan efek samping berupa pengurangan tenaga kerja di industri kreatif yang perannya tergantikan oleh Firefly, seperti fotografer dan desainer grafis.
Padahal, profesional industri kreatif merupakan basis pelanggan Adobe lewat aneka aplikasinya. Jadilah Firefly bisa berperan layaknya senjata makan tuan yang mengkanibal sumber pemasukan dari pembuatnya sendiri.
Baca juga: India Uji Coba AI Jadi Penyiar Berita, Tampil Luwes Tapi Monoton
Kekhawatiran di atas kabarnya banyak disuarakan oleh para karyawan Adobe. Sebagian turut mengatakan bahwa pengurangan tenaga kerja akibat Firefly sudah mulai terjadi di kalangan industri kreatif.
Selain itu, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Venture Beat, Rabu (2/8/2023), kreator untuk layanan stock images Adobe Stock kabarnya ikut mengatakan bahwa minat pelanggan membeli stock image kini berkurang dengan keberadaan Firefly.
Di sisi lain, Chief Product Officer Adobe Scott Belsky menampik kekhawatiran bahwa AI bakal menggeser para pekerja di industri kreatif.
"AI akan meningkatkan hal-hal yang bisa dipertimbangkan dan dieskplorasi oleh para pekerja kreatif," ujar Belsky. "Mereka akan membuat konten yang lebih banyak dan lebih baik... dengan lebih cepat, bukannya lebih sedikit," imbuhnya.
Baca juga: Adobe Photoshop Punya Fitur Edit Foto Pakai AI, Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
Firefly sendiri kini masih dalam tahap beta dan hanya tersedia untuk pengguna Adobe dengan berlangganan layanan Creative Cloud.
AI Adobe ini adalah salah satu contoh dari kemampuan tinggi AI yang banyak menimbulkan pro-kontra sekaligus kekhawatiran di dunia teknologi.
Bulan lalu, misalnya, OpenAI, lab pencipta ChatGPT, menggarisbawahi bahwa perkembangan kecerdasan buatan yang pesat dan tidak terkendali dapat mengancam keberadaan manusia dan mendatangkan risiko kepunahan.
Awal tahun 2023, sejumlah tokoh teknologi termasuk Elon Musk dan Steve Wozniak menandatangani surat terbuka yang mengimbau para periset AI agar menahan perkembangan AI supaya tidak menjadi terlalu powerful.
Terkini Lainnya
- Sharp Tak Jualan HP Android Murah di Indonesia, Apa Alasannya?
- Smartphone HMD Aura "Squared" Resmi, Mirip HMD Arc dengan Memori Lebih Besar
- WiFi 6E dan WiFi 7 Resmi Hadir di Indonesia, Kecepatan Tembus 46 Gbps
- Apple Rilis Powerbeats Pro 2, TWS dengan Sensor Detak Jantung
- Ponsel Lipat Oppo Find N5 Meluncur Minggu Depan, Ini Bocoran Spesifikasinya
- Smartphone Sharp Aquos Sense9 Resmi di Indonesia, Desain "Stylish" dan Bodi Tangguh
- HP Sharp Aquos R9 Pro dengan Kamera Leica Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Cara Transkrip Video YouTube Mudah dan Cepat
- Apple Rilis iOS 18.3.1, Khusus Tambal Lubang Berbahaya
- Instagram Rilis Akun Remaja di Indonesia, Punya Lapisan Keamanan Khusus
- Vendor HP Honor Siap Comeback ke Indonesia, Ini Tanggalnya
- Sejak Kapan HP Punya Kamera? Begini Asal-usulnya
- Elon Musk Mau Beli Induk ChatGPT, Bosnya Menolak dan Tawar Balik X Twitter
- Bertambah 4 Negara Larang DeepSeek, Alasannya Beragam
- Apa Fungsi Menghapus Cache di HP? Begini Penjelasannya
- Facebook dan Instagram Mulai Blokir Berita Lokal dan Internasional di Kanada
- Data Center Kedua EDGE DC di Jakarta Beroperasi Akhir 2023
- Jadwal PUBG Mobile PMSL SEA Fall 2023 Mulai Hari Ini
- Cukup Sekali Beli, Starfield Bisa Dimainkan di Xbox dan PC Sekaligus
- HP Gaming Tecno Pova 5 Series Meluncur di Indonesia, Ada Edisi Free Fire Harga mulai Rp 2,3 Juta