Apa Itu Istilah Late Capitalism yang Viral di Twitter?
- Di Twitter, beberapa hari terakhir tengah ramai diperbincangkan mengenai istilah “Late Capitalism” yang dalam bahasa Indonesia artinya bisa sama seperti kapitalisme akhir atau kapitalisme tahap akhir.
Keramaian perbincangan mengenai istilah Late Capitalism tersebut bermula pada salah satu twit dari akun dengan handle @ryanffebrianto, sebagaimana tertera di bawah ini.
Baca juga: Apa Itu Virtex yang Kerap Dikaitkan dengan Video Viral Bikin HP Lag Belakangan?
Late capitalism ini melelahkan, ya. Dikit-dikit kepengen nonton konser (sekarang hampir tiap bulan ada konser), pengennya makan enak terus, ada aja yg perlu dibeli. Kayaknya kalau ga bs ikutin standar lifestyle kebanyakan, bakal ngerasa left-out dan kesepian ????
— ryan (@ryanffebrianto) March 12, 2023
Pada twit yang tertera di atas, akun @ryanffebrianto menggunakan istilah Late Capitalism untuk menggambarkan sebuah kondisi yang dapat mempengaruhi gaya hidup tertentu dan hubungan sosial.
Di kolom balasan twit tersebut, berbagai respon pun muncul, baik yang setuju maupun tidak setuju. Namun, terlepas dari respons itu, Late Capitalism sejatinya bukan istilah yang baru-baru ini digunakan di media sosial.
Sama seperti cuitan @ryanffebrianto, istilah tersebut sudah marak dipakai di media sosial untuk menjabarkan, menyebut, atau menjelaskan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi terbentuknya realitas absurd (aneh).
Melihat keramaian istilah ini di media sosial, lantas sebenarnya apa itu Late Capitalism? Bila tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai istilah Late Capitalism yang tengah ramai di Twitter, silakan simak penjelasan di bawah ini.
Apa itu Late Capitalism?
Seorang doktor ilmu ekonomi politik dari University of Sydney, David Aviles Espinoza, pernah menulis tentang asal-usul istilah Late Capitalism yang marak digunakan sekarang dalam The Conversation, sebuah media publikasi karya akademis.
Menurut David, secara teoretis, Late Capitalism bermuara pada ide Karl Marx yang termuat pada tiga volume buku berjudul “Capital: A Critique of Political Economy” (terbitan 1867, 1885, dan 1894), terutama pada volume ketiga.
David menuliskan bahwa, bagi Marx, kapitalisme atau sistem perputaran modal (kapital) yang memusatkan kekayaan di tangan segelintir orang akan cenderung menghasilkan krisis. Akibat krisis itu, Marx percaya bahwa akhir kapitalisme adalah kehancuran sistem itu sendiri.
Baca juga: Setelah eSIM, Kini Hadir Kartu SIM Digital Baru iSIM, Apa Itu?
Meski terdapat gambaran akhir kapitalisme, namun Marx belum menyebut secara gamblang istilah Late Capitalism. David menjelaskan Late Capitalism secara istilah dan konsep dibuat oleh Werner Sombart, seorang ekonom sejarah asal Jerman.
Sombart membuat tiga volume buku berjudul “Der Moderne Kapitalismus” (yang diterbitkan dari 1902 hingga 1927). Pada buku tersebut, Late Capitalism merujuk pada menurunnya kondisi ekonomi, politik, dan sosial akibat perang dunia pertama.
David menuliskan bahwa istilah Late Capitalism belum menyebar luas meski telah ditulis secara gamblang oleh Sombart. Istilah ini baru menyebar luas ketika muncul buku berjudul “Late Capitalism” (terbitan 1975) yang dikarang oleh Ernest Mandel.
Dalam buku itu, dijelaskan David, Mandel menggunakan Late Capitalism untuk menggambarkan kondisi ekspansi ekonomi setelah perang dunia kedua.
Kondisi tersebut meliputi kemunculan perusahaan multinasional, pertumbuhan sirkulasi modal global, serta peningkatan keuntungan perusahaan dan kekayaan individu tertentu terutama di negara-negara Barat.
Late Capitalism dalam kacamata Mandel dituliskan David tidak merepresentasikan perubahan esensi dari sistem kapitalisme. Late Capitalism hanya sebuah era baru yang ditandai dengan ekspansi dan akselerasi kapital.
Terkini Lainnya
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Ini Dia, Smartphone dengan Layar Sekunder Dikelilingi Kamera
- 3 Cara Cek Versi Windows 32-bit atau 64-bit dengan Mudah dan Cepat
- PS5 Pro Ditenagai GPU Baru dari AMD, Seperti Ini Kemampuannya
- Cara Membuat Pesan Otomatis di Luar Jam Kerja di WA Bisnis
- TikTok Diblokir di Banyak Negara, Ada Apa?
- Tencent Rilis Update PUBG Mobile Versi 2.5, Pemain Bisa Bikin Peta Sendiri
- Dibuka Hari Ini, Begini Cara Daftar Mudik Gratis BUMN 2023 Online serta Syarat dan Jadwalnya
- Arti FOMO, Bahasa Gaul yang Lagi Viral Belakangan Ini di Twitter