cpu-data.info

Jalan Microsoft Beli Penerbit Game Call of Duty Tidak Mulus

Microsoft mengonfirmasi adanya kebocoran data pengguna yang diakibatkan kesalahan konfigurasi.
Lihat Foto

- Langkah Microsoft mengakuisisi penerbit game Activision Blizzard yang dimulai pada Januari 2022 lalu tampaknya tak berjalan mulus.

Pasalnya, Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat kini menggugat Microsoft karena raksasa teknologi itu diprediksi akan menekan persaingan di industri game, bila mengakuisisi studio pembuat game Call of Duty itu.

Lebih rinci, akuisisi ini dinilai bisa membuat Microsoft menjegal persaingan dengan memblokir game dari sistem kompetitor atau memanipulasi harga, dan menurunkan kualitas game di konsol bikinan kompetitor.

Selain diduga bakal menguntungkan konsol Xbox bikinan Microsoft, gugatan itu juga menilai bahwa akuisisi Activision bisa menimbulkan keuntungan yang tidak adil dalam konsep game baru, seperti cloud gaming.

Baca juga: Punya Nintendo Switch? Sebentar Lagi Kalian Bisa Main Call of Duty

FTC menyebutkan praktik akuisisi Microsoft terhadap pengembang game ZeniMax sebagai contoh.

Setelah diakuisisi, Microsoft membuat beberapa game termasuk "Starfield" dan "Redfall" hanya eksklusif untuk perangkat Microsoft, meskipun sebelumnya perusahaan memberikan jaminan antimonopoli ke regulator di Eropa.

"Microsoft sudah menunjukkan bahwa pihaknya bisa dan akan menahan konten dari para pesaing gamenya," kata Holly Vedova, Direktur Biro Persaingan FTC, dikutip KompasTekno dari The Washington Post, Jumat (9/12/2022).

FTC sendiri melayangkan gugatan ini demi mengendalikan konsolidasi di industri teknologi AS serta mencegah praktik antimonopoli.

"Kami berupaya menghentikan Microsoft dari kemungkinan mendapat kendali atas studio game independen ternama dan memanfaatkannya untuk merusak persaingan di berbagai pasar game yang dinamis dan berkembang pesat," lanjut Vedova.

Baca juga: Akuisisi Activision Blizzard, Microsoft Perbesar Peluang di Game Mobile?

Bagi Microsoft, gugatan ini semacam batu sandungan karena bisa menggagalkan ambisi perusahaan untuk menjadi "raksasa" di dunia game.

Microsoft akuisisi Activision Blizzard, pengembang game sekaligus penerbit konten hiburan interaktif.
Microsoft Microsoft akuisisi Activision Blizzard, pengembang game sekaligus penerbit konten hiburan interaktif.

Seperti diketahui, Activision merupakan penerbit sejumlah game ternama, termasuk “Candy Crush” dan “Call of Duty”. Nah, dengan mengakusisi Activision, Microsoft bisa punya kemampuan lebih untuk menyaingi perusahaan game lainnya seperti Nintendo dan Sony.

Microsoft bakal gugat balik?

Terkait gugatan FTC, Presiden Microsoft Brad Smith mengisyaratkan bahwa pihaknya akan membalas gugatan karena mengeklaim sudah berkomitmen mengatasi urusan persaingan sejak awal rencana akuisisi.

"Meskipun kami bisa memberikan kesempatan perdamaian, kami meyakini kasus kami dan bisa mengajukannya di pengadilan," ujar Smith.

Microsoft sejak mengumumkan niatan mengakuisisi Activision Blizzard memang sudah menyiapkan argumen terkait praktik anti-monopoli.

Baca juga: Daftar Belanja Microsoft demi Xbox, Mojang Minecraft hingga Activision Blizzard

Menurut perusahaan teknologi itu, kesepakatannya dengan Activision Blizzard tidak akan memberikan keuntungan tunggal yang merugikan pemain lain di pasar game atau merugikan karyawan.

Bahkan baru-baru ini Microsoft menjalin kerja sama dengan Nintendo, untuk menghadirkan game andalan Activision, yaitu Call of Duty, ke konsol Switch.

Niatan akuisisi Microsoft atas Activision sendiri diumumkan perusahaan pada Januari 2022. Konon, nilai transaksi akuisisi tersebut mencapai 68,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.071 triliun.

Nilai akuisisi ini bakal menjadi yang terbesar dalam sejarah akuisisi perusahaan game setelah Take-Two dan Tencent.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat