Bos Huawei Sesumbar Bisa Pepet Apple Kalau Tidak Disanksi AS

- Huawei hingga kini masih tercatat sebagai salah satu perusahaan yang masuk dalam entity list atau "daftar hitam" pemerintah Amerika Serikat (AS). Hingga tahun ini, sudah sekitar 3 tahun sejak Huawei disanksi pemerintah AS pada Mei tahun 2019.
Perusahaan yang masuk daftar hitam, seperti Huawei, dilarang menggunakan teknologi asal AS, termasuk Google Mobile Service atau Android. Padahal, teknologi tersebut dibutuhkan Huawei untuk mengembangkan bisnis ponselnya.
Akibat sanksi dari pemerintah AS, bisnis smartphone Huawei tak secemerlang dulu, meskipun perusahaan mengatasinya dengan mengembangkan sistem operasi sendiri dan solusi lainnya.
Baca juga: Setelah Huawei, Pemerintah AS Incar Honor untuk Di-blacklist
Menurut eksekutif Huawei, jika bukan karena sanksi AS, pihaknya akan menjadi produsen smartphone terbesar di dunia, bersanding dengan Apple.
"Jika bukan karena intervensi dan tekanan AS, produsen smartphone utama dunia mungkin adalah Huawei dan Apple. Bukannya saya sombong, tetapi hasilnya mungkin akan demikian saat ini," kata Richard Yu, CEO grup bisnis konsumen Huawei dalam forum otomotif di China, dikutip KompasTekno dari Android Authority, Sabtu (9/7/2022).
Adapun Samsung menurut Richard Yu tidak akan menjadi kompetitor yang menghalangi perusahaannya jadi produsen terbesar dunia.
"(Produsen) yang lain adalah pabrikan kecil, termasuk perusahaan Korea (Samsung), yang mungkin sebagian besar produknya dijual di pasar AS dan Korea Selatan," umbar Yu.
Baca juga: Apple Teratas di Pasaran Smartphone, Huawei Terjerembap
Pernah salip Apple dan Samsung
Apa yang dikatakan Yu sejatinya memiliki dasar. Jika menilik ke belakang, Huawei memang sempat masuk lima besar produsen ponsel terbesar global sebelum masuk daftar hitam AS.
Misalnya pada kuartal IV-2017, data Gartner menunjukkan Huawei berada di posisi ketiga setelah Samsung dan Apple. Kemudian pada awal 2018, Apple untuk pertama kalinya disalip oleh perusahaan asal China itu.
Bahkan setelah masuk dalam daftar hitam, tepatnya pada April tahun 2020, Huawei sukses merebut kepemimpinan Samsung dalam 5 besar merek ponsel global. Saat itu Huawei menguasai 21,4 persen pangsa pasar smartphone global, sementara Samsung 19,1 persen.
Baca juga: Pertama Kali, Huawei Salip Samsung sebagai Pabrikan Smartphone Terbesar
Namun, perlahan sanksi dari AS mulai mengoyak bisnis ponsel Huawei. Nama merek itu kini tidak lagi nampang di daftar lima besar merek ponsel global.
Huawei bahkan menjual sub-mereknya Honor ke Shenzhen Zhixin New Information pada November 2020 dan memangkas produksi ponselnya sejak awal 2021.
Sejauh ini, Huawei masih menjual ponsel, khususnya untuk seri menengah ke atas. Meski demikian popularitasnya kian meredup karena tak lagi didukung teknologi asal negeri Paman Sam.
Baca juga: Pendiri Huawei Ungkap Alasan Jual Bisnis Ponsel Honor
Terkini Lainnya
- HP OnePlus 13T Resmi dengan Snapdragon 8 Elite, Bentuk Ringkas Baterai Besar
- Harga PlayStation 5 Naik di Sejumlah Negara
- Berapa Jumlah Video di YouTube sejak 20 Tahun Lalu hingga Sekarang?
- YouTube Bikin Langganan "Premium Lite", Ini Bedanya dengan Premium Biasa
- Pengguna Remaja di Instagram Tak Bisa Bohong Lagi soal Usia
- iPhone 17 Sudah Dipajang di Toko China
- Cara Kerja LAN untuk Menghubungkan Jaringan Komputer yang Perlu Diketahui
- Daftar Nama Anomali TikTok yang Lagi Viral, Ada Tung Tung Tung Sahur
- Fitur Baru WhatsApp, Pengguna Tak Bisa Asal Simpan Foto dan Video
- Gelang Pintar Honor Band 10 Resmi, Fitur AI dan Sensor Lebih Canggih
- Ini 6 Laptop dan Printer HP yang Dirakit di Pabrik Batam
- Samsung Galaxy S24 di Indonesia Akhirnya Kebagian One UI 7 Android 15
- Tablet Honor Pad GT Meluncur, Spesifikasi Persis Pad V9
- Tablet Vivo Pad 5 Pro dan Vivo Pad SE Meluncur, Harga mulai Rp 2 Jutaan
- HP Produksi Laptop di Batam, Komitmen Ikuti Aturan TKDN Pemerintah
- Twitter Klaim Hapus 1 Juta Akun "Bot” Setiap Hari
- Sony Gelar Diskon "July Deals", Game PS4 dan PS5 Jadi Rp 100.000-an
- Twitter PHK 100 Karyawan dan Tangguhkan Perekrutan
- Rencana Elon Musk Beli Twitter Terancam Batal
- Pengalaman Pesan Makanan via AirAsia Food, Masih Ribet dan Banyak Kendala