cpu-data.info

Harga Terra Luna Makin Anjlok, Sentuh Rp 94 Per Keping

Ilustrasi Terra Luna
Lihat Foto

- Harga Terra Luna makin anjlok setelah terjun hampir 90 persen dalam seminggu terakhir.

Dikutip dari laman Coinmarketcap saat berita ini ditulis, Jumat (13/5/2022) pagi, kini harganya hanya 0,006463 dollar AS atau sekitar Rp 94,4 per keping koin, turun lebih dari 99 persen dalam perdagangan bursa kripto dalam 24 jam terakhir.

Dalam periode yang sama, harga tertinggi Terra Luna tercatat seharga 0,9675 dollar AS atau setara Rp 14.000-an. Padahal, pada April 2022 Terra Luna mencapai puncaknya seharga 119 dollar AS (Rp 1,7 juta) per keping koin.

Baca juga: Harga Terra Luna Coin Anjlok dari Rp 1,7 Juta Jadi Rp 19.000

Menurut CoinDesk, penyebab harga Terra Luna yang menyusut begitu cepat disebabkan oleh perubahan dinamika pasar uang kripto. Selain itu, lesunya harga stablecoin Terra USD (UST), yang berkaitan erat dengan Terra Luna juga berdampak pada harga token kripto tersebut ambles.

Akibat harganya yang anjlok, Terra Luna tak lagi terpampang dalam daftar 10 uang kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Terra Luna bahkan sempat terpental ke posisi 81 dari daftar uang kripto terpopuler.

Baca juga: Hacker Bobol Uang Kripto dari Game NFT Senilai Rp 8,9 Triliun

Bagaimana Terra USD (UST) memengaruhi harga Terra Luna?

Terra Luna merupakan token yang dibuat oleh Terraform Labs yang berbasis di Singapura pada tahun 2018 dan merupakan bagian dari proyek blockchain Terra, yang dimaksudkan untuk melacak nilai dollar AS, atau sama halnya dengan stablecoin Tether dan USDC.

Tidak seperti aset kripto lain, Terra tidak memiliki uang tunai dan aset lain yang disimpan sebagai cadangan untuk mendukung tokennya. Sebagai gantinya, Terra menggunakan campuran kode yang kompleks di samping token yang disebut dengan "Luna" untuk menstabilkan harga.

Dirangkum KompasTekno dari CoinDesk, Jumat (13/5/2022), Terra Luna memiliki peran penting dalam menjaga stablecoin Terra USD (UST) tetap stabil.

Stablecoin adalah mata uang kripto yang dibuat agar memiliki nilai yang sama dengan aset tertentu, seperti mata uang yang diterbitkan negara (misalnya dollar AS/rupiah) atau komoditas lain seperti emas.

Stablecoin dibuat agar harga mata uang kripto bisa stabil. Sebab, jumlah stablecoin yang beredar di blockchain sama dengan jumlah uang resmi (mata uang terbitan negara) yang dimiliki oleh perusahaan.

Baca juga: Intel Siapkan Chip Khusus Penambangan Kripto

Namun, UST memiliki metode yang berbeda dengan stablecoin lainnya, seperti USDC dan USDT dalam menstabilkan harganya. Sebab, UST menggunakan algoritma berbasis "kontrak cerdas" (smart contract) untuk menjaga harga Terra USD atau UST tetap stabil pada harga 1 dollar AS.

Secara teknis, metode tersebut akan membakar token Terra Luna untuk mencetak token UST baru.

Dalam ekosistem Terra, pengguna dapat menukar Terra Luna ke UST maupun sebaliknya, dengan jaminan harga 1 dollar AS. Harga tersebut dijamin, terlepas dari harga kedua token tersebut di pasar kripto.

Jadi, ketika permintaan untuk UST meningkat dan harganya naik di atas 1 dollar AS, pemilik Terra Luna bisa menukarnya ke token UST dan mendapat keuntungan tanpa risiko.

Begitu pula ketika harga permintaan UST rendah dan harganya turun di bawah 1 dollar AS, pemilik UST bisa menukar tokennya ke Terra Luna (saat harga Terra Luna naik) dengan rasio 1:1.

Baca juga: Mengenal Luna Coin, Aset Kripto yang Harganya Tengah Anjlok

UST juga dinilai penting bagi investor bitcoin karena Luna Foundation Guard, organisasi yang mendukung proyek Terra, memiliki miliaran dollar AS dalam bentuk bitcoin yang berpotensi dibuang ke pasar kapan saja.

Pada hari Senin (9/5), pendiri Luna Foundation Do Kwon mengatakan akan meminjamkan bitcoin senilai 750 juta dollar AS kepada perusahaan perdagangan untuk membantu melindungi UST, dan kemudian membeli lebih banyak bitcoin saat kondisi pasar menjadi normal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat