Pernah Berjaya, BlackBerry Kenapa Tumbang?

- Di era tahun 2000-an, BlackBerry pernah menjadi merek ponsel paling populer. Kepopulerannya saat itu menggeser dominasi merek Nokia yang sudah berjaya bertahun-tahun.
Setalah tahun 2010, kejayaan BlackBerry mulai menunjukan tanda-tanda meredup. Tidak butuh waktu lama, beberapa tahun kemudian, dominasi ponsel BlackBerry di pasar ponsel global, benar-benar anjlok.
Puncaknya, pada tanggal 4 Januari 2022, perusahaan asal Kanada itu menghentikan seluruh dukungan sistem operasi BlackBerry OS.
Itu artinya, semua ponsel dan tablet BlackBerry yang menjalankan sistem operasi tersebut, terutama model lawas, tidak bisa lagi digunakan.
Baca juga: Hilangnya Identitas BlackBerry
Masih banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan bisnis ponsel BlackBerry tumbang? Apakah karena kesalahan strategi atau ada faktor lain?
"Kualat" dengan iPhone, kalah saing dari Android
Salah satu faktor besar yang mempengaruhi kebangkrutan bisnis ponsel BlackBerry adalah persaingan ponsel pintar alias smartphone yang semakin sengit. Terutama setelah kelahiran iPhone (Apple) generasi pertama di tahun 2007 dan smartphone Android (Google) pertama di tahun 2008.
Tampaknya, BlackBerry tidak cakap mengantisipasi kompetisi yang sengit. Saat Steve Job memperkenalkan iPhone, BlackBerry sempat menganggap remeh.
Mereka malah mengabaikannya dan menganggap iPhone sebagai ponsel yang disempurnakan dengan fitur terbaru dan ditargetkan pada konsumen yang lebih muda.
Sementara BlackBerry, kala itu memiliki pangsa pasar khusus untuk bisnis dan korporat. Namun, pemikiran itu justru berbuah tulah.
iPhone yang saat itu membawa sejumlah terbosoan dibanding kebanyakan ponsel, seperti inovasi layar sentuh dan koneksi internet, justru menuai sukses besar hingga merebut pasar utama Blackberry, yakni para pebisnis.

Seakan tidak mau kalah, Blackberry pun mencoba mengeluarkan inovasi terbaru dengan memperkenalkan Storm pada tahun 2018.
BlackBerry Storm adalah salah satu ponsel Blackberry dengan mengembangkan fitur layar sentuh mirip iPhone.
Walaupun awal penjualannya diklaim cukup tinggi, namun Blackberry Storm menerima banyak keluhan mengenai kinerja perangkat, seperti browsernya yang lelet dan layar sentuh yang mudah nge-lag.Hal tersebut menjadi salah satu faktor penurunan pangsa pasar Blackberry.
Pada tahun 2012 pangsa pasar Blackberry di Amerika Serikat semakin turun dan hanya menguasai 7,3 persen pasar ponsel di Amerika.
Ini berbanding terbalik dengan Google dan Apple yang masing-masing mengeklaim 53,7 persen dan 35 persen pangsa pasar di wilayah yang sama saat itu.
Terkini Lainnya
- Fujifilm Instax Mini 41 Meluncur, Kamera Foto Instan Gaya Retro
- Apple, Microsoft, dkk Terbangkan Ribuan Komponen Laptop ke AS
- Apa Itu eSIM? Begini Perbedaannya dengan Kartu SIM Biasa
- Harimau Biru di Sphere Las Vegas, Karya Gemilang Ilustrator Indonesia
- Microsoft Tutup Skype, Pelanggan Ini Tuntut Uangnya Dikembalikan
- Awas Klik File di WhatsApp Desktop Bisa Kena Malware, Update Sekarang!
- Pasar PC Global Tumbuh 9 Persen Awal 2025, Ini Penyebabnya
- AMD Rilis Ryzen 8000 HX, Chip Murah untuk Laptop Gaming
- Trump Bebaskan Tarif untuk Smartphone, Laptop, dan Elektronik dari China
- Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India ke AS
- LAN: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, Karakteristik, serta Kelebihan dan Kekurangannya
- 3 Game Gratis PS Plus April 2025, Ada Hogwarts Legacy
- Trafik Broadband Telkomsel Naik 12 Persen saat Idul Fitri 2025
- 3 Cara Menyimpan Foto di Google Drive dengan Mudah dan Praktis
- Samsung Galaxy A26 5G: Harga dan Spesifikasi di Indonesia
- Nokia G21 Meluncur dengan Kamera 50 MP
- Game Lawas "Chrono Cross" Dipastikan Hadir di Switch, PS4, Xbox One, dan PC
- Digratiskan, WhatsApp Dapat Uang dari Mana?
- Ketika Bos Xiaomi Menantang Apple...
- Harga Oppo Reno6 4G, Reno6 5G, dan Reno6 Pro 5G Terbaru Februari 2022