E-mail Hasilkan Emisi Karbon, Bagaimana Perusahaan Teknologi Mengatasinya?
- Tidak bisa dipungkiri, digitalisasi memudahkan banyak aktivitas manusia saat ini. Akan tetapi, aktivitas digital ternyata ikut menyumbang jejak karbon (carbon footprint) atau jumlah emisi yang dihasilkan manusia.
Emisi ini bisa dihasilkan dari aktivitas kecil sekalipun, salah satunya adalah berkirim e-mail. Sebab secara tidak langsung, e-mail ikut menyumbang emisi karbon yang menjadi kontributor perubahan iklim. Hal ini dijelaskan oleh peneliti dari Universitas Lancaster, Mike Berners-Lee.
"Saat Anda mengetik, komputer Anda akan menggunakan listrik. Ketika Anda menekan tombol kirim, maka (e-mail) itu akan melewati jaringan internet, dan dibutuhkan listrik untuk menjalankan internet," kata Berners-Lee.
Menurut Berners-Lee, mengirim satu e-mail diperkirakan dapat menyumbangkan sekitar 4 gram emisi karbon. Angka tersebut didapatkan dari e-mail berisi teks yang tanpa disertai lampiran file.
Baca juga: Teknologi Cloud Disebut Bisa Kurangi Emisi Karbon hingga 78 Persen
Apabila disertai dengan lampiran seperti foto, sebuah e-mail bisa menghasilkan 50 gram emisi karbon.
Sementara pada e-mail yang bersifat spam, jumlah emisi karbon yang dihasilkan cenderung sangat sedikit yakni 0,3 gram.
Berners-Lee juga memperkirakan bahwa seseorang dapat menyumbang 1,6 kg emisi karbon dalam satu hari dari kegiatan berkirim e-mail.
Melansir The Good Planet, pada tahun 2019, tercatat ada lebih dari 2,3 miliar pengguna global yang terdaftar menggunakan layanan e-mail. Diperkirakan ada sekitar 293,6 miliar e-mail yang dikirimkan setiap harinya.
Untuk dapat menampung e-mail yang dibuat oleh pengguna, penyedia layanan e-mail membutuhkan mesin pusat data (data center).
Namun, asupan energi listrik yang diperlukan mesin-mesin tersebut tidaklah sedikit. Demi menyediakan sumber listrik yang tercukupi, tak jarang perusahaan penyedia data center masih mengandalkan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara.
Peningkatan emisi karbon yang disebabkan oleh proses pembakaran inilah yang dapat memicu perubahan iklim dan pemanasan global.
Baca juga: Hari Bumi, Google Doodle Bagi-bagi Tips Merawat Lingkungan
Di Amerika Serikat, data center bertanggung jawab atas 2 persen penggunaan listrik negara atau sekitar 200 terawatt Hours (TWh) pada konsumsi listrik secara global.
Berdasarkan dokumen Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat (UITC) yang mengutip data dari CloudScene, setidaknya ada 8.000 data center yang tersebar di 110 negara di tahun 2021.
Perusahaan teknologi seperti Google, Amazon, dan Microsoft, disebut menguasai industri data center dunia. Bayangkan dengan banyaknya data center yang tersebar di berbagai berbagai negara, bagaimana perusahaan-perusahaan itu mengatasi masalah emisi karbon?
Ambisi perusahaan teknologi menuju bebas karbon
Terkini Lainnya
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Konsol Handheld Windows 11 Acer Nitro Blaze 8 dan Nitro Blaze 11 Resmi, Ini Harganya
- X/Twitter Akan Labeli Akun Parodi
- Deretan Laptop Baru Asus di CES 2025, dari Seri Zenbook hingga ROG Strix
- 5 Penyebab Tidak Bisa Lihat Profil Kontak WA Orang Lain
- Cara Logout Akun Google Photos dari Perangkat Lain
- Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
- RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Pasar Ponsel Dunia Akhirnya Membaik, Naik 4 Persen Tahun Lalu
- 10 Jenis Cookies di Internet dan Fungsinya
- Fitur Baru ChatGPT Bisa Ngobrol ala Gen Z
- Sah, AS Perketat Ekspor Chip AI ke Pasar Global
- Cara Edit Foto Background Merah untuk Daftar SIPSS 2025, Mudah dan Praktis
- AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Sudah Ada di iPhone
- Gaji CEO Apple Tim Cook Naik pada 2024, Sekian Jumlahnya
- Beda Tablet Samsung Galaxy Tab A8 dan Galaxy Tab A7 di Indonesia
- Harga Bitcoin Anjlok, Pasar Kripto Dunia Rugi Hingga Rp 14.329 Triliun
- Oppo Pamer Hasil Foto Portrait "RenoX" yang Segera Rilis di Indonesia
- MPL ID Season 9 Dimulai 18 Februari, Ini Daftar Tim yang Bertanding
- Demi MotoGP Mandalika, Kominfo Janji Sediakan Internet Kencang