cpu-data.info

Gamer PC dan Konsol di Indonesia Rela Bayar Game, Gamer Ponsel Cari Gratisan

Program Manager of AGI Ardhan Fadhlurrahman, CEO Algorocks Adib Thorig, CEO & CO-Founder Toge Productions Kris Antoni, dan CEO GameChanger Studio Riris Marpaung saat menghadiri sebuah sesi di acara Indonesia Game Development Exchange (IGDX) 2021, Minggu (21/11/2021).
Lihat Foto

BALI, - Industri game Indonesia diprediksi terus tumbuh, terutama dari segmen gamer mobile yang didorong semakin tingginya penetrasi smartphone dan infrastruktur telekomunikasi.

Platform game mobile seperti smartphone menawarkan fleksibilitas karena lebih mudah dibawa-bawa dan lebih mudah dijangkau orang banyak dibanding platform game tradisional seperti PC dan konsol. Namun, karakter pemainnya ternyata juga berbeda.

CEO & CO-Founder Toge Productions, Kris Antoni menyebutkan bahwa pengguna konsol dan PC cenderung lebih loyal dibandingkan pemain game berbasis mobile. Hal ini tercermin dari kebiasaan pengguna konsol dan PC yang rela membeli game untuk bisa memainkannya.

Baca juga: Menkominfo: IGDX 2021 Bantu Perkembangan Industri Game Lokal

"Mereka rela membayar mahal untuk menikmati pengalaman bermain, tanpa adanya gangguan," ungkap Kris dalam acara Indonesia Game Development Exchange (IGDX) 2021 di Bali, Minggu (21/11/2021).

Sebaliknya, pengguna platform mobile dinilai lebih menyukai jenis game yang tersedia secara gratis. Menurut Kris, orang Indonesia sudah terbiasa untuk mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma, termasuk mengunduh (download) game dengan gratis.

Kebiasaan ini agaknya turut dipicu oleh perilaku pengguna smartphone yang cenderung hanya bermain game di waktu senggang. "Oleh sebab itu, mereka cenderung suka game yang lebih singkat sehingga hanya ingin game gratis," jelas Kris.

Di PC persaingan lebih longgar dan peluang pendapatan lebih besar

Dari sisi pengembang, Kris mengaku lebih memilih untuk merilis game berbasis PC melalui Steam guna menghindari ketatnya persaingan di industri game mobile. Menurut Kris, setidaknya ada sekitar ribuan aplikasi dan game berbasis mobile yang dirilis setiap harinya.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah game yang diluncurkan di Steam setiap harinya, yakni berkisar antara 20 hingga 100 game saja.

"Secara kompetisi, di PC masih santai. Di mobile justru sangat keras dan tidak hanya bersaing dengan game lain, tapi juga dengan aplikasi-aplikasi besar," imbuh Kris.

Berdasarkan faktor tersebut, Kris menilai platform PC sebagai wadah  yang lebih bersahabat, khususnya bagi pengembang game yang masih merintis.

Senada dengan Kris, CEO GameChanger Studio Riris Marpaung turut menyarankan pengembang lokal untuk merilis game di PC daripada platform mobile.

Baca juga: Orang Indonesia Ternyata Suka Game Mobile yang Kompetitif

"Karena pengembang game kecil memiliki peluang untuk menerima pendapatan (pada Steam) daripada melalui platform mobile," ujar Riris menanggapi Kris.

Jika dilihat dari segi pasar, CEO Algorocks Adib Thorig menilai bahwa jumlah gamer PC di Indonesia memang cenderung lebih kecil di banding moble. Algorocks sendiri telah meluncurkan sejumlah game PC melalui Epic Games Store, serta platform mobile.

Dari segi preferensi, Adib melihat bahwa baik platform PC maupun mobile menawarkan keunggulan yang berbeda bagi penggunanya.

Game mobile menawarkan aksesibilitas sehingga cocok untuk pengguna yang sibuk, sedangkan game PC menyuguhkan pengalaman bermain game yang lebih imersif.

"Di mobile bisa dibawa kemana saja, sementara menurut saya pribadi, PC menawarkan pengalaman yang lebih mendalam (saat bermain game)," kata Adib.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat