Orang Indonesia Ternyata Suka Game Mobile yang Kompetitif
BALI, - Program Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2021 menjadi ajang kumpul bagi pengembang dalam negeri untuk berinteraksi dengan pelaku industri game lokal dan asing.
Dalam ajang ini, beberapa publisher game terkenal, seperti Megaxus, Garena Indonesia, dan Mobile Premiere League membahas perkembangan industri game mobile di Tanah Air, terutama dari jenis game yang digemari.
Head of Brand Marketing Mobile Premiere League, Layla Safira Andarmawanti mengatakan bahwa orang Indonesia lebih menyukai game mobile yang bersifat kompetitif.
Menurut Layla, beberapa contoh unsur kompetitif yang banyak digemari masyarakat Indonesia antara lain seperti game pertandingan satu lawan satu atau bertanding bersama tim.
Tidak hanya kompetitif, Layla menilai bahwa pemain Indonesia lebih memilih game yang mengusung gameplay sederhana dan mudah dimengerti.
Baca juga: Menkominfo: IGDX 2021 Bantu Perkembangan Industri Game Lokal
"Walaupun game-nya simple, lebih cenderung ke arah yang casual, namun pemain akan secara terus-menerus merasa ditantang. Itu unsur yang membuat mereka terus kembali dan tidak mudah bosan," ungkap Layla dalam acara IGDX 2021, Minggu (21/11/2021).
Senada dengan Layla, CEO Megaxus Eva Muliawati menyampaikan bahwa orang Indonesia cenderung memiliki preferensi tinggi pada game mobile yang menantang.
Hanya saja, Eva melihat bahwa game multiplayer cenderung lebih banyak diminati. Ini disebabkan karena pemain Indonesia gemar berinteraksi di dalam game.
"Game yang menurut kita teman-teman Indonesia suka itu game yang mempunyai beberapa fitur seperti multiplayer, sosial dan fitur kompetitif," jelas Eva.
Baca juga: Industri Game Indonesia Diramal Terus Tumbuh, Smartphone Pemicunya
Sementara itu, Country Head Garena Indonesia, Hans Saleh menjelaskan bahwa pertumbuhan aktivitas game mobile di Indonesia turut dipengaruhi oleh tingginya penggunaan perangkat smartphone.
Hans menilai bahwa orang Indonesia cenderung lebih mudah mendapatkan smartphone dibanding perangkat gaming lainnya, seperti PC atau konsol.
"Salah satu faktor yang kita lihat terutama adalah pertumbuhan penetrasi smartphone. Dari segi infrastruktur, saya pikir (smartphone) lebih baik dibanding PC dan konsol, terutama dalam aspek aksesibilitas," kata Hans.
Terkini Lainnya
- TikTok Terancam Tutup, Warga AS Ramai-ramai Belajar Mandarin di Duolingo
- Tanda-tanda Google Search Mulai Ditinggalkan
- Wanita Perancis Kena Tipu Brad Pitt AI, Rp 13 Miliar Melayang
- Wujud Konsol Genggam Nintendo Switch 2 Akhirnya Diungkap, Bawa Layar Lebih Besar
- Sejarah Nokia, Berpindah-pindah Tangan hingga Pensiunnya Merek Smartphone
- 10 Emoji Ini Sering Disalahartikan, Simak Makna Sebenarnya
- Cara Mengatasi WA Muncul "Akun Ini Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp karena Spam"
- Kenapa Sinkronisasi iCloud Lama? Ini Penyebabnya
- Bluesky Siapkan Flashes, Aplikasi Berbagi Foto Pesaing Instagram
- TWS Oppo Enco Air 4 Resmi di Indonesia, Bawa Fitur ANC Harga Rp 800.000
- HP Oppo Reno 13F 4G dan Reno 13F 5G Resmi di Indonesia, Desain Kembar Beda "Otak"
- Oppo Reno 13 5G Resmi di Indonesia, Smartphone Kuat dengan Fitur AI
- 2 Cara agar Notifikasi WhatsApp Tidak Muncul di Layar Kunci, Mudah dan Praktis
- Dampak HP Direset Pabrik yang Perlu Diketahui
- TikTok Terancam Tutup di AS, Pengguna Pindah ke Aplikasi Saudaranya
- Kominfo Dorong Pengembang Angkat Budaya Indonesia ke Dalam Game
- Pengembang Game Masih Dipandang Sebelah Mata di Indonesia
- Agate dan Toge Productions Tawarkan Pendanaan untuk Pengembang Game Indonesia
- Menkominfo: IGDX 2021 Bantu Perkembangan Industri Game Lokal
- YouTuber Beli iPhone 13 Resmi di Jakarta, Sales Toko Sebut Tidak Ada Garansi Hardware