cpu-data.info

Amerika Serikat Siapkan Dana untuk Saingi Teknologi China

Ilustrasi bendera AS.
Lihat Foto

- Ketegangan antara Amerika Serikat dan China masih terus berlanjut. Keduanya kerap melakukan berbagai manuver kebijakan bisnis hingga ekonomi untuk saling menjegal satu sama lain.

Kali ini, pemerintah AS dilaporkan tengah menyiapkan sebuah rancangan undang-undang yang dapat mengalokasikan dana dengan nilai bombastis, untuk menghadapi persaingan di bidang teknologi dengan China.

Pemimpin Senat Mayoritas AS Chuck Schumer, mengatakan pihaknya tengah mempercepat pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) bernama Endless Frontier Act.

Jika disahkan nantinya, Undang-Undang Endless Frontier Act akan memberikan kucuran dana senilai 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.444,3 triliun) untuk mendanai penelitian di berbagai bidang teknologi mutakhir selama kurun waktu lima tahun.

Baca juga: Pemerintah China Larang Pegawai Negeri dan Militer Pakai Mobil Tesla

RUU ini menargetkan sepuluh bidang teknologi termasuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan machine learning, komputasi kuantum dan sistem informasi, serta teknologi energi yang lebih canggih.

Petinggi Senat dari Partai Demokrat mengatakan bahwa ia telah mengarahkan komite untuk mulai menyusun paket legislatif yang akan membuka kucuran investasi AS di sejumlah industri utama, termasuk teknologi.

Kucuran dana ini menjadi penting bagi AS di tengah persaingan dengan China.

Hal ini dikarenakan, menurut L. Rafael Reif, Presiden Massachusetts Institute of Technology (MIT), penelitian ilmiah di AS saat ini belum bisa "memenuhi" tuntutan persaingan dengan China.

Salah satu alasannya karena belum didanai secara memadai. Dengan adanya RUU Endless Frontier Act, penelitian ilmiah di AS disebut akan dapat semakin bersaing.

Kelangkaan chipset

Undang-Undang Endless Frontier Act sebenarnya telah diperkenalkan oleh Schumer bersama Senator Partai Republik Todd Young sejak tahun lalu.

Namun, kali ini Schumer dan kawan-kawannya mempercepat pembahasan pengesahaan UU ini. Salah faktornya adalah krisis chipset global yang turut melanda AS.

"Tujuan kami adalah membawa undang-undang ini ke hadapan Senat untuk pemungutan suara musim semi ini," kata Schumer.

Kelangkaan chipset ini memperlihatkan kerentanan dalam rantai pasokan semikonduktor AS.

Kondisi ini terjadi agaknya karena permintaan chipset yang tinggi dari pasar, namun, di sisi lain produksi chipset justu berkurang akibat pandemi.

Faktor lain yang ikut berperan dalam kelangkaan chipset ini ialah proses fabrikasi pembuatan chipset yang semakin kecil. Sehingga pembuatannya menjadi semakin kompleks.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat