Huawei Dikabarkan Pangkas Produksi Smartphone Lebih dari Separuhnya
- Huawei dikabarkan mengurangi prosuksi smartphone hingga 60 persen tahun ini. Sebabnya, perusahaan teknologi asal China itu kesulitan mendapatkan komponen sejak masuk entity list dari pemerintah Amerika Serikat.
Kepada para pemasoknya, Huawei dilaporkan hanya memesan komponen untuk 70 hingga 80 juta unit smartphone saja untuk tahun 2021. Angka tersebut jauh di bawah jumlah pengiriman smartphone Huawei tahun lalu yang mencapai 189 juta unit.
Komponen yang dipesan juga terbatas untuk model 4G saja. Hal tersebut lantaran pemerintah AS membatasi Huawei untuk megimpor komponen untuk model 5G.
Baca juga: Manuver Huawei, ZTE, dan Xiaomi Melawan Blacklist AS
Beberapa pemasok mengatakan, jumlah pesanan Huawei bisa saja turun ke angka 50 juta unit.
Dirangkum KompasTekno dari Nikkei Asia, Selasa (23/2/2021) Huawei belum memberikan tanggapan terkait hal ini.
Huawei terseok-seok sejak dibelenggu sanksi AS yang diberlakukan oleh administrasi Donald Trump. Peringkat Huawei di pasaran global turun ke nomor tiga di bawah Apple dan Xiaomi, menurut beberapa laporan firma riset.
Bulan November lalu, Huawei menjual Honor ke Shenzhen Zhixin New Information, sebuah konsorium beranggotakan 30 agen dan distributor. Langkah itu dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup sub-brand tersebut.
Honor mengatakan telah mengamankan hubungannya dengan beberapa pemasok utama, seperti AMD, Intel, MediaTek, Micron Technology, Microsoft, Qualcomm, Samsung, SK Hynix and Sony. Bulan lalu, Honor merilis ponsel baru, V40 5G di China.
Baca juga: Honor V40 Meluncur, Ponsel Pertama Setelah Pisah dari Huawei
Kabar lain yang beredar menyebut bahwa Huawei akan menjual seluruh bisnis ponselnya, tapi ini dibantah oleh CEO Huawei, Ren Zhengfei. Di sisi lain, Huawei masih belum mendapatkan komponen yang dibutuhkan.
Kekurangan komponen dan semikonduktor global akan semakin mencekik bisnis smartphone Huawei. Banyak pihak sempat memprediksi nasib Huawei akan berubah setelah pemerintahan AS beralih ke Joe Biden.
Namun, tampaknya prediksi tersebut akan sulit terwujud. Calon sekretaris Departemen Perdagangan, Gina Raimondo, bulan lalu mengatakan, belum ada alasan tepat untuk menghapus pemblokiran Huawei dari daftar entity list.
Terkini Lainnya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- XL Bukukan Pendapatan Rp 26 Triliun, Layanan Data Jadi Penyumbang Terbesar
- Clubhouse, Pengancam atau Penyelamat Radio-Podcast?
- Kabel Fiber Optik Indonesia-Singapura Putus
- Prediksi Masa Depan Medsos Clubhouse Menurut Pengamat
- Riset: Merger Indosat dan Tri Bagus untuk Gamer