Pendiri Huawei Ungkap Rahasia Perusahaan Bertahan dari Tekanan AS

- Pada 2018, Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah administrasi Donald Trump memasukkan Huawei dan afiliasinya ke daftar hitam "entity list". Sejak saat itu, perusahaan asal China itu tidak bisa leluasa berbisnis dengan perusahaan asal AS mana pun.
Bisnis global Huawei terseok, terutama lini smartphone yang masih mengandalkan Google sebagai pemasok sistem operasi Android yang diandalkan Huawei untuk pasar di luar China.
Menurut data Canalys, pada kuartal III-2020, pengiriman smartphone Huawei turun hingga 23 persen. Kendati demikian, Huawei masih bercokol di tiga besar vendor smartphone global.
CEO sekaligus pendiri Huawei, Ren Zhengfei, akhirnya mengungkap kunci bagaimana Huawei bisa bertahan di tengah gempuran sanksi AS.
Desentralisasi operasional, penyederhanaan lini produk, fokus dalam mengumpulkan keuntungan, dan mempertahankan tingkat gaji selama tiga hingga lima tahun ke depan, disebut Zhengfei sebagai kunci Huawei bertahan dari tekanan AS.
Baca juga: Serangan Terakhir Trump Jelang Lengser, Larang Huawei Pakai Prosesor Intel
Hal itu dikatakan Zhengfei dalam pidatonya yang dibuat pada Juni 2020, tetapi baru diungkap ke publik baru-baru ini.
Dalam pidato tersebut, Zhengfei mengatakan sulit bagi Huawei menjalankan rencana awal untuk melakukan globalisasi setelah bisnisnya diperketat Pemerintah AS.
"Ada ketidakcocokan yang besar antara kemampuan dan strategi," kata Zhengfei yang kemudian menambahkan bahwa perusahaannya harus memulai semua dari awal.
Pendiri Huawei yang mempunyai latar belakang militer itu juga mengatakan bahwa perusahaan tidak akan kalah dari AS. Pria berusia 76 tahun itu juga mengatakan, ratusan kader Huawei secara sukarela diturunkan jabatannya untuk menyesuaikan gaji.
Ia pun mengatakan, Huawei menanamkan investasi sebesar 20 miliar dollar AS untuk riset dan pengembangan setiap tahun. Namun, Zhengfei mengatakan, pendapatannya hanya 40 persen, sedangkan 60 persen dari anggaran investasi disebut "dibakar seperti lilin".
Zhengfei memang terkenal sebagai sosok yang kerap menggunakan perumpamaan dan bahasa filosofis dalam setiap pernyataannya.
Langkah mereka, menurut Zhengfei, menunjukkan bahwa Huawei memiliki tim yang sangat baik. Dalam pidatonya, Zhengfei terlihat realistis dengan keadaan. Dia mengatakan, Huawei berusaha untuk tetap fokus pada profit.
Zhengfei juga mengatakan bahwa AS tak hanya menginginkan Huawei tersingkir dari bisnis. Saat pertama kali sanksi dijatuhkan, Zhengfei berpikir mungkin perusahaannya melakukan kesalahan dan tidak patuh terhadap aturan.
Baca juga: Seperti Huawei, Produsen Drone DJI Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat
"Namun, kemudian serangan kedua lalu ketiga menyusul. Lalu kami sadar mereka ingin kami lenyap, tapi keinginan untuk bertahan juga memotivasi kami," jelas Zhengfei dikutip KompasTekno dari South China Morning Post, Selasa (26/1/2021).
Sejak sanksi pertama tahun 2018, pemerintahan Donald Trump memang menjatuhkan beberapa sanksi susulan lain terhadap Huawei.
Terkini Lainnya
- Acer Comeback ke Pasar Smartphone, Rilis HP Android Super ZX dan Super ZX Pro
- 3 Cara Cek HP Support E-SIM di Android dan iPhone dengan Mudah
- Segini Mahalnya Harga iPhone Jika Dibuat di Amerika
- Ini Harga iPhone 11, 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max Bekas Terbaru, Mulai Rp 5 Jutaan
- Daftar Operator Seluler yang Menyediakan eSIM di Indonesia
- 5 Fungsi LAN dalam Jaringan Komputer Perlu Diketahui
- Nothing CMF Buds 2 Diam-diam Muncul di Situs Resmi, TWS Murah dengan ANC
- Spesifikasi Laptop untuk Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2025, Penting Diperhatikan
- OpenAI Siapkan Media Sosial Mirip X, Berbasis ChatGPT
- Sidang Antimonopoli Meta: Mark Zuckerberg Bisa Dipaksa Jual Instagram dan WhatsApp
- Telkomsel Rilis Paket Bundling iPhone 16, Rp 50.000 Kuota 58 GB
- Daftar HP yang Mendukung eSIM di Indonesia
- Membawa Inovasi AI Lebih Dekat ke Semua Orang
- Samsung Rilis Galaxy A06 5G Edisi Free Fire, Banyak Aksesori Bikin "Booyah"
- Apakah iPhone XR Masih Layak Beli di Tahun 2025? Begini Penjelasannya
- Final M2 Mobile Legends, Bren Esports Boyong Rp 1,9 Miliar
- Takhayul Angka 13, Apple Tak Jadi Bikin iPhone 13?
- Italia Minta TikTok Blokir Pengguna Setelah Kematian Gadis 10 Tahun
- Samsung Tunjuk Bos Baru di Indonesia
- Menjembatani Kesenjangan Digital di Indonesia pada Era 5G