cpu-data.info

Indonesia Kembangkan Open RAN, Teknologi Seluler Hemat Biaya

ilustrasi menara BTS
Lihat Foto

DI TENGAH bencana pandemi virus corona yang menyengsarakan banyak lapisan masyarakat terutama kelas bawah karena kehilangan pekerjaan, ada saja anggota masyarakat atau lembaga yang bisa bertahan.

Bahkan maju karena inovasi. Bagi mereka, pandemi jadi tantangan, bukan untuk diratapi.

Sektor telekomunikasi termasuk yang bertahan, malah maju, di saat yang mencemaskan seperti sekarang ini. Paling tidak, kewajiban untuk BDR (bekerja dari rumah) atau PJJ (pembelajaran jarak jauh) menjadi berkah karena jualan data mereka laku keras.

Namun telekomunikasi adalah industri padat teknologi yang dikendalikan vendor-vendor yang selalu “memaksakan kehendak” kepada operator dengan memanfaatkan penemuan-penemuan baru.

Baca juga: Lelang Frekuensi 5G Sisakan Tiga Operator Seluler, Smartfren Teratas

Ketika seluler generasi keempat (4G) yang langkahnya berkembang beberapa lapis menjadi 4,5G LTE (long term evolution), teknologi 3G yang bertahan cukup lama menjadi buah simalakama, dipakai mahal, mau dibuang masih banyak pelanggannya.

Jangankan 3G, teknologi 2G saja di kita masih banyak penggunanya – rata-rata 20 persen pelanggan operator – padahal vendor penyedia teknologinya sudah tidak menerima pesanan.

Sekarang ini teknologi 2G atau 3G, sudah obsolete, usang, tidak terpakai lagi, sehingga harganya lebih mahal dibanding harga 4G LTE kalau BTS 3G-nya operator butuh perluasan.

Ketika industri telko di Indonesia maju dengan tingkat kompetisi yang sangat ketat – walau menguntungkan pelanggan karena harga layanan jadi murah dengan mutu pas-pasan – operator selalu berupaya mencari cara dan mengadopsi teknologi yang efisien dan murah.

Regulatory cost menjadi salah satu beban yang cukup mahal, dengan harga frekuensi dan BHP (biaya hak penggunaan) frekuensi tahunan yang tinggi.

Namun kebijakan pemerintah yang mendorong efisiensi dengan mengusulkan cara infrastructure/network sharing, operator besar malah enggan dan memandang sinis operator lain yang ingin diberi kesempatan berbagi.

Padahal cara pemakaian bersama prasarana seperti menara dan radio BTS dapat menekan biaya modal dan operasional.

Pada teknologi RAN (radio access network) yang dikuasai vendor teknologi (Huawei, Nokia, Ericsson), perangkat keras dan perangkat lunak merupakan satu kesatuan. Akibatnya, harga teknologinya menjadi mahal, sementara konsep baru Open RAN mengembangkan teknologi radio dengan memisahkan keduanya.

RAN adalah bagian dari sistem telekomunikasi yang menghubungkan perangkat individual ke bagian lain jaringan melalui koneksi radio.

RAN berada di antara peralatan pengguna seperti ponsel, komputer atau mesin apa pun yang dikendalikan dari jauh dan mengadakan koneksi dengan jaringan intinya.

RAN merupakan komponen utama telekomunikasi nirkabel yang saat ini. RAN sudah berevolusi melalui generasi jaringan seluler menjelang 5G.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat