Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Covid-19 Lewat Suara Batuk
- Sebuah riset terbaru yang dilakukan sejumlah peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), AS, mengungkap bahwa penyakit Covid-19 bisa dideteksi lewat batuk dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Bahkan, kecerdasan buatan ini bisa mengidentifikasi pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG), dari suara batuk yang dikeluarkan.
Teknologi ini sebenarnya sudah dikembangkan sebelum terjadi pandemi Covid-19. Awalnya, para peneliti mengambangkan algoritma kecerdasan buatan ini untuk mendiagnosis gejala pneumonia dan asma.
Algoritma serupa juga dikembangkan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda penyakit Alzheimer pada seseorang dari suara batuk.
Menurut salah satu peneliti yang terlibat, Brian Subirana, ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar, para peneliti mencari tahu apakah algoritma yang mereka kembangkan untuk mendeteksi Alzheimer juga berfungsi untuk mendiagnosis Covid-19.
Sebab, menurut Brian, ada bukti bahwa pasien yang terinfeksi mengalami beberapa gejala neurologis serupa, seperti gangguan neuromuskuler sementara.
Baca juga: Gara-gara File Excel Lawas, Data 15.000 Kasus Covid-19 di Inggris Raib
Para peneliti MIT merancang teknologi AI yang memiliki tiga lapis jaringan neural (neural network).
Ketiga jaringan tersebut adalah algoritma dasar (ResNet50) untuk mengukur kekuatan pita suara, teknologi untuk menentukan tingkat emosional, dan teknologi untuk mendeteksi anomali di sistem pernapasan.
Riset sejak April
Para peneliti kemudian mengumpulkan sampel suara batuk sebanyak mungkin, termasuk dari penderita Covid-19.
Peneliti membuat sebuah website khusus di mana para peserta yang berpartisipasi bisa mengirimkan rekaman suara batuk mereka sambil mengisi survei kesehatan.
Saat ini para peneliti sudah mengumpulkan lebih dari 70.000 sampel suara batuk, 2.500 di antaranya adalah rekaman batuk dari pasien Covid-19, termasuk penderita yang tanpa gejala (OTG).
Peneliti menggunakan 2.500 suara batuk pasien Covid-19 dan 2.500 suara batuk individu yang sehat.
Baca juga: Fitur Baru Google Maps Tampilkan Informasi Persebaran Pasien Covid-19
Kemudian, dari 5.000 sampel tersebut, peneliti menggunakan sebanyak 4.000 sampel untuk melatih algoritma AI.
Sementara 1.000 sampel lainnya digunakan untuk melihat apakah AI tersebut bisa mendeteksi secara akurat atau tidak.
Terkini Lainnya
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- Aplikasi Facebook Sudah Punya Mode Gelap, Baru Sebagian yang Dapat
- Game "Genshin Impact" Raup Rp 3,6 Triliun dalam Sebulan
- Akui AirPods Pro Bermasalah, Apple Gelar Program Ganti Baru
- Intel Luncurkan GPU Iris Xe Max untuk Laptop Tipis
- Terakhir Hari Ini, Pendaftaran Bantuan Rp 31 Juta untuk UKM dari Facebook