Produsen Chip Terbesar China Masuk Daftar Hitam AS
- Pemerintah AS masih terus berhati-hati dengan perusahaan-perusahaan teknologi China untuk berbisnis di negaranya.
Setelah mengincar ZTE, Huawei, dan TikTok, kini Departemen Perdagangan AS memasukkan produsen chip terbesar China, Semiconductor Manufaturing International Corporation (SMIC) dalam daftar hitam "entity list".
Artinya, perusahaan-perusahaan AS dilarang berbisnis dengan SMIC, termasuk urusan ekspor-impor barang. Menurut pemerintah AS, komponen barang yang diekspor ke SMIC bisa dirakit di sana dan dipakai untuk kepentingan militer China.
Baca juga: Trump Tak Izinkan Pembelian TikTok jika Oracle Tak Punya Kontrol Penuh
Departemen Perdangangan AS dilaporkan telah mengirim edaran kepada pelaku industri chip/komputer di AS, yang berisi tentang risiko mengekspor produk ke SMIC seperti di atas.
Sebelumnya, pemerintah AS telah memperketat aturan ekspor ke China pada April lalu. Mereka harus mengantongi izin khusus yang syaratnya lebih banyak.
Namun dengan masuknya SMIC ke daftar hitam, maka perusahaan AS dilarang berbisnis sama sekali dengan perusahaan ini, kecuali telah mendapat izin khusus yang berbeda lagi.
SMIC sendiri dalam sebuah pernyataan mengklaim bahwa perusahaan hanya membuat semikonduktor dan menyediakan layanan untuk konsumen komersil. SMIC juga menekankan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan dengan militer China.
"Semikonduktor ini hanya untuk para end-users komersial, tidak ada hubungannya dengan militer China dan tidak dibuat khusus untuk end-user militer,” ujar SMIC dikutip KompasTekno dari Reuters, Selasa (29/9/2020).
Baca juga: Huawei Lobi Pabrikan Ponsel China Pakai OS Harmony
Selain SMIC, pemerintah AS juga terus berusaha memblokir perusahaan-perusahaan China yang dinilai dapat mengancam keamanan nasional AS, seperti upaya pemblokiran aplikasi buatan Tencent, TikTok, dan WeChat.
Alasannya tidak beda dengan pemblokiran Huawei, yakni ancaman keamanan nasional. Pemerintah AS khawatir media sosial seperti TikTok dapat membagikan data pengguna AS ke pemerintah China.
Trump kemudian memberikan opsi agar aplikasi China tersebut tetap bisa digunakan di AS, dengan syarat TikTok bisa dibeli oleh Oracle dan Walmart. Namun, Trump menginginkan agar dua perusahaan AS itu menguasai TikTok sepenuhnya.
Terkini Lainnya
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Qualcomm Umumkan Chip Baru untuk Smart Home dan IoT
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Advan ForceOne Rilis di Indonesia, PC AIO dengan AMD Ryzen 5 6600H
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- Lantai Data Center Microsoft Pakai Bahan Kayu, Ini Alasannya
- Steam Setop Dukungan Windows 7 dan 8, Gamer Diminta Upgrade ke OS Baru
- AI Baru Buatan Induk ChatGPT Bisa Ambil Alih Komputer Pengguna
- Spotify Mulai Gaji Kreator Video Podcast
- Berapa Lama WhatsApp Diblokir karena Spam? Ini Dia Penjelasannya
- Pelanggan Indosat Kini Bisa Nikmati Layanan VoLTE
- Inikah Ponsel Pertama Samsung dengan 5 Kamera Belakang?
- Ini Spesifikasi dan Harga Oppo A33 di Indonesia
- Oppo A33 Meluncur di Indonesia, Harga Rp 2,3 Juta
- Kode Pemrograman Asli Windows XP Bocor dan Bisa Diakses Publik