Facebook Ancam Minggat dari Eropa
- Facebook mengancam akan menarik semua layanannya dari Eropa. Langkah ekstrem itu dibuat terkait putusan Komisaris Perlindungan Data Irlandia, yang memberlakukan larangan transfer data antara Facebook dengan AS.
Komisaris Perlindungan Data Irlandia sebelumnya menjelaskan, Badan Intelijen AS dapat mengakses data pribadi pengguna Facebook di Eropa. Dengan demikian, privasi data pengguna Eropa dinilai tidak terlindungi.
Dalam tanggapannya, salah satu juru bicara Facebook, Yvonne Cunnane mengatakan bahwa larangan tersebut akan membuat Facebook lumpuh total.
Baca juga: Instagram Diduga Intip Pengguna Lewat Kamera Ponsel, Facebook Digugat
"Jika Facebook dikenakan pengangguhan penuh atas transfer data pengguna ke AS, maka tidak jelas bagaimana Facebook dapat terus menyediakan layanannya (Facebook dan Instagram) di Eropa," kata Cunnane.
Lebih lanjut, Facebook menuturkan bahwa organisasi besar lainnya juga turut mengandalkan mekanisme transfer data dari Eropa dan AS dalam mengoperasikan layanan mereka.
Dipermasalahkan sejak 2011
Kasus tersebut bemula sejak tahun 2011 lalu, ketika seorang pengacara asal Austria, Max Schrems menggugat Facebook atas keluhan praktik jaringan sosial. Max mempermasalahkan mekanisme transfer data pribadi pengguna Facebook di Eropa yang dikirimkan ke pihak AS.
Kemudian di tahun 2015, kasus tersebut kembali mencuat karena terungkapnya program Prism yang dijalankan oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency/ NSA).
Baca juga: Intelijen Amerika Punya Akses Langsung ke Data Internet?
Diketahui bahwa NSA memiliki akses langsung ke sistem Google, Facebook, Apple, dan raksasa internet AS lainnya. Dengan akses ini, NSA dimungkinkan mengumpulkan beragam data, termasuk riwayat pencarian, isi e-mail, pemindahan file, dan live chatting.
Schrems mengajukan keluhan privasi lebih lanjut, yang akhirnya ditanggapi oleh pengadilan Eropa. Pihak pengadilan memutuskan pada tahun 2015 bahwa keberadaan Prism telah mematahkan perjanjian Safe Harbour, yang sebelumnya disepakati antara Facebook dan Eropa.
Safe Harbour merupakan perjanjian yang mewajibkan pengelola layanan online melindungi data milik warga Eropa apabila ditransfer ke Amerika Serikat.Eropa kemudian mengupayakan perjanjian hukum kedua guna mewjudukan transfer data yang lebih aman, Privacy Shield.
Menopang ekonomi global
Facebook sempat menerapkan mekanisme perjanjian Privacy Shield, yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan transfer data antar negara.
Namun perjanjian tersebut juga dibatalkan pada Juli lalu, akibat gugatan pengadilan yang kembali mempermasalahkan Facebook yang tidak menjaga keamanan data warga negara Eropa.
Barulah pada beberapa pekan lalu, Komisaris Perlindungan Data Irlandia mulai memproses penegakan keputusan tersebut. Komisaris lantas mengeluarkan perintah awal yang memaksa Facebook untuk menghentikan proses transfer data ke luar negeri.
Baca juga: Kim Kardashian dkk Boikot Facebook dan Instagram Selama 24 Jam, Ada Apa?
VP Global Affairs and Communications, Facebook, Nick Clegg, mengaku tidak setuju dengan putusan yang dikeluarkan Komisaris Perlindungan Data Irlandia.
Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Guardian, Kamis (24/9/2020). Clegg berpendapat bahwa proses transfer data antar negara merupakan salah satu elemen penting dalam menopang ekonomi global dan mendukung banyak layanan fundamental lainnya.
"Dalam skenario terburuk, ini bisa berarti bahwa perusahaan rintisan teknologi kecil di Jerman tidak lagi dapat menggunakan layanan cloud yang berbasis di AS. Perusahaan pengembangan produk Spanyol tidak lagi dapat beroperasi di beberapa zona waktu," kata Clegg.
Terkini Lainnya
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- Hal-hal yang Perlu Diketahui soal Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud
- Fitur Baru Google Maps Tampilkan Informasi Persebaran Pasien Covid-19
- Daftar Aplikasi yang Bisa Diakses Gratis dengan Kuota Belajar Kemendikbud
- Smartphone Nokia C1 Resmi Masuk Indonesia, Harga di Bawah Rp 1 Juta
- IKEA Jepang Bikin Katalog dengan "Model Palsu"