Mozilla Tutup Firefox Send, Layanan Berbagi File Pesaing Google Drive

- Pada Maret 2019 lalu, Mozilla meluncurkan layanan file-transfer Firefox Send. Layanan ini memungkinkan pengguna untuk berbagi file dalam ukuran besar, serupa dengan Google Drive atau Dropbox.
Namun, meski usianya baru satu tahun, Mozilla memutuskan untuk menutup layanan ini. Tidak hanya Firefox Send, satu layanan lainnya yakni Firefox Note juga ditutup.
Hal itu diumumkan langsung oleh Mozilla melalui blog resminya. Mozilla mengatakan, layanan Firefox Send ditutup karena kerap disalahgunakan untuk mengirim malware dan melakukan serangan Spear phishing.
Sementara Firefox Notes ditutup karena sejak awal layanan ini merupakan eksperimen Mozilla. Layanan ini akan dihentikan pada November mendatang.
"Hari ini (17/9/2020), kami mengumumkan bahwa dua layanan kami, Firefox Send dan Firefox Notes telah berhenti. Kedua layanan ini akan segera dinonaktifkan dan tidak lagi menjadi bagian dari rangkaian produk kami," tulis Mozilla dalam blog resminya.
Baca juga: Mozilla Mem-PHK 250 Karyawan akibat Covid-19
Spear phishing adalah metode untuk mencuri informasi sensitif seperti username dan password dengan cara mengelabui korban.
Spear Phishing biasanya menggunakan cara dengan menyebarkan e-mail yang seolah dari rekan atau organisasi yang telah kita kenal sebelumnya.
Ketika pertama kali diluncurkan, Firefox Send sendiri disebut sebagai layanan yang aman karena dibekali dengan end-to-end encryption. Dengan fitur keamanan ini, file yang dikirim tidak akan bisa diakses oleh siapapun kecuali oleh izin pengunggah.
Dengan ditutupnya layanan Firefox Send dan Firefox Notes, Mozilla nampaknya akan fokus mengembangkan layanan Mozilla VPN.
Mozilla VPN dirilis pada Agustus lalu dan sudah bisa digunakan oleh pengguna Windows 10, Android, dan iOS tanpa harus memasang browser Firefox. Ketersediaan di MacOS dan Linux disebut bakal menyusul di kemudian hari.
Baca juga: Mozilla Rilis Aplikasi VPN Berlangganan
Untuk menikmati layanan VPN dari Mozilla ini, pengguna harus berlangganan dengan merogoh kocek 5 dollar AS atau sekitar Rp 73.000 per bulan.
Kendati resmi dirilis, layanan tersebut saat ini hanya tersedia di enam negara saja, mencakup Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Engadget, Senin (21/9/2020).
Terkini Lainnya
- Segini Mahalnya Harga iPhone Jika Dibuat di Amerika
- Ini Harga iPhone 11, 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max Bekas Terbaru, Mulai Rp 5 Jutaan
- Daftar Operator Seluler yang Menyediakan eSIM di Indonesia
- 5 Fungsi LAN dalam Jaringan Komputer Perlu Diketahui
- Nothing CMF Buds 2 Diam-diam Muncul di Situs Resmi, TWS Murah dengan ANC
- Spesifikasi Laptop untuk Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2025, Penting Diperhatikan
- OpenAI Siapkan Media Sosial Mirip X, Berbasis ChatGPT
- Sidang Antimonopoli Meta: Mark Zuckerberg Bisa Dipaksa Jual Instagram dan WhatsApp
- Telkomsel Rilis Paket Bundling iPhone 16, Rp 50.000 Kuota 58 GB
- Daftar HP yang Mendukung eSIM di Indonesia
- Membawa Inovasi AI Lebih Dekat ke Semua Orang
- Samsung Rilis Galaxy A06 5G Edisi Free Fire, Banyak Aksesori Bikin "Booyah"
- Apakah iPhone XR Masih Layak Beli di Tahun 2025? Begini Penjelasannya
- Apa Itu eSIM? Begini Perbedaannya dengan Kartu SIM Biasa
- Huawei Pastikan Ponsel Lipat Tiga Mate XT Ultimate Rilis di Indonesia
- Cerita Pembuat Fall Guys, dari Bikin 130 Game sampai Benteng Takeshi
- Samsung Buat Film 8K dengan Smartphone Galaxy S20 dan Note 20
- Aturan Baru Google untuk "Tendang" Aplikasi Penguntit dari Play Store
- Bug di iOS 14, Pengguna iPhone Tak Bisa Ganti Browser dan E-mail "Default"
- Sony Sebut PS5 Bisa Jalankan Hampir Semua Game PS4