Linux Ganti Istilah "Coding" yang Berkonotasi Negatif
- Perintis Linux, Linus Torvalds, menyetujui proposal penggantian sejumlah istilah di ekosistem Linux. Beberapa istilah yang dimaksud mencakup master/slave dan blacklist/whitelist.
Permintaan untuk mengubah istilah ini diajukan seorang pemelihara sistem interface (kernel) Linux, Dan Williams, pada 4 Juli lalu di situs LKML.org.
Menurut Dan, istilah seperti master/slave dan blacklist/whitelist perlu dipensiunkan demi menciptakan coding yang lebih netral dan inklusif.
Selain itu, menurutnya, kata "master" dan "slave" juga dapat mengarah pada arti yang negatif. Jika melihat sejarah, kedua kata ini memiliki hubungan dengan sejarah perbudakan di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Pernah Disebut Kanker, Linux Akhirnya Didukung Microsoft
Begitu juga dengan kata "black" dan "white". Kedua kata ini kental dengan konotasi rasisme yang tengah ramai dan sensitif di AS belakangan ini.
Berikut sejumlah calon pengganti istilah master/slave yang diajukan oleh Dan.
- primary/secondary
- main/replica atau subordinate
- initiator/target
- requester/responder
- controller/device
- host/worker atau proxy
- leader/follower
- director/performer
Sementara untuk pengganti istilah blacklist/whitelist, Dan hanya memberikan dua opsi yakni denylist/allowlist atau blocklist/passlist.
Meski demikian, belum bisa dipastikan istilah mana yang berperan menjadi pengganti master/slave dan blacklist/whitelist tadi.
Namun, pihak Linux meminta para pengembang untuk memilih istilah baru ketika mereka membuat kernel atau dokumentasi project Linux anyar.
Adapun istilah lawas tersebut nantinya hanya diizinkan untuk digunakan merawat serangkaian kode dan dokumentasi Linux yang telah dibuat per tahun 2020, atau pemeliharaan kode lawas yang memang harus berjalan berdasarkan istilah tersebut.
Dengan memperhalus penggunaan istilah ini, Linux akan menjadi salah satu perusahan dan pengembang proyek open-source yang turut mengurangi istilah yang sarat akan rasisme.
Baca juga: Setelah 15 Tahun dengan Intel, Bapak Linux Pindah ke AMD
Sejumlah perusahaan teknologi lain juga sudah melakukan langkah ini.
Beberapa di antaranya adalah Twitter, GitHub, Microsoft, LinkedIn, Ansible, Splunk, Android, Go, MySQL, PHPUnit, Curl, OpenZFS, OpenSSL, JP Morgan, dan lain-lain.
Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari ZDNet, Senin (13/7/2020), tren ini dipicu oleh kasus kematian yang menimpa pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd, pada Mei lalu akibat kekerasan pihak kepolisian AS.
Sontak, sejumlah pihak pun menyuarakan dukungannya lewat gerakan #BlackLivesMatter. Kemudian, tak sedikit perusahaan teknologi yang perlahan mengubah kebijakannya untuk mendukung kampanye tersebut.
Terkini Lainnya
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Valuasi Induk TikTok Tembus Rp 4.755 Triliun
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Qualcomm Umumkan Chip Baru untuk Smart Home dan IoT
- Advan ForceOne Rilis di Indonesia, PC AIO dengan AMD Ryzen 5 6600H
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- Lantai Data Center Microsoft Pakai Bahan Kayu, Ini Alasannya
- Ini Beda Samsung Galaxy S20 Plus BTS Edition dengan Versi Reguler
- Membuka Kotak Galaxy S20 Plus dan Buds Plus Edisi BTS, Apa Istimewanya?
- Sempat Dikabarkan Larang TikTok, Amazon Beri Penjelasan
- Laku Dijual Rp 1,6 Miliar, Ini Kaset Game "Super Mario" Termahal dalam Sejarah
- Turnamen Internasional "PUBG Mobile" Ditunda Gara-gara Masalah Login