Pernah Disebut "Kanker", Linux Akhirnya Didukung Microsoft

- Windows dan Linux, dua sistem operasi yang selama ini dianggap "berseberangan" karena sifat keterbukaan, akhirnya bersatu dalam sebuah asosiasi. Microsoft sebagai pengembang OS Windows yang bersifat tertutup, kini bergabung dengan Linux Foundation.
Bergabungnya Microsoft dengan organisasi pengembang sistem operasi yang bersifat terbuka untuk umum itu bisa dibilang mengejutkan. Pasalnya, Microsoft melalui mantan CEO-nya, Steve Ballmer, 15 tahun lalu menyebut OS Linux sebagai "kanker".
Dikutip KompasTekno dari Ars Technica, Senin (21/11/2016), Microsoft disebut telah berkontribusi untuk Linux selama beberapa tahun belakangan ini. Direktur Eksekutif Linux Foundation, Jim Zemlin membenarkan hal ini.
"Microsoft telah berkolaborasi secara baik dengan komunitas open source memberikan pengalaman mobile dan cloud yang transformatif kepada banyak orang," kata Zemlin.
Di bawah kepemimpinan Satya Nadella, Microsoft kini memang terasa lebih membuka dirinya. Raksasa software asal Redmond, Washington itu telah membuat beberapa software buatannya, seperti PowerShell, Visual Studio Code, dan JavaScript browser Edge menjadi terbuka. Pengembang bisa mendapatkan source-code software-software tadi.
Di samping itu, Microsoft juga telah bekerja sama dengan Canonical untuk membawa Ubuntu ke Windows 10, serta mengakuisisi Xamarin dengan tujuan mengembangkan aplikasi mobile untuk Windows Phone.
Microsoft bahkan membuat SDK (software development kit) berikut tools-tools Xamarin bisa didapat siapa saja, serta membawa sistem manajemen data SQL Server ke Linux.
Baca: Untuk Pertama Kalinya, Microsoft Akui Linux Sebagai Pesaing
Kanker bagi Microsoft
Beda CEO beda pandangannya juga. Sebelumnya, saat Steve Ballmer menjabat sebagai CEO Microsoft 2001 lalu, ia pernah mengatakan bahwa Linux itu ibarat kanker bagi Microsoft.
Ia berkata demikian saat mengkritisi cara software open source itu membuat lisensi. Jika digratiskan, Linux bisa menggerogoti eksistensi Microsoft yang mendapat untung dengan berjualan software.
"Linux itu ibarat kanker yang menempel di hak karya cipta," katanya dalam sebuah wawancara dengan Chicago Sun-Times, Juni 2001 lalu.
Terkini Lainnya
- Ini Dia Fitur xAI Grok 3, AI Terbaru Buatan Elon Musk
- Melihat HP Lipat Huawei Mate X6 Lebih Dekat, Layar Besar Bodi Ramping
- Google Didenda Rp 202 Miliar, Pakar Dorong Regulasi Digital yang Lebih Adil
- HP Realme P3 Pro dan P3x 5G Meluncur, Bawa Baterai Besar dan Chipset Baru
- Cara Cari Ide Menu Sahur dan Buka Puasa Otomatis via AI serta Contoh Prompt
- xAI Luncurkan Grok 3, Chatbot AI Pesaing ChatGPT dan DeepSeek
- Ketika Warga Konser "Kelas Atas" Bawa Samsung S25 Ultra Nonton Seventeen "Right Here", Tribune Serasa VIP
- Inikah Tampilan Samsung Galaxy A56 dari Berbagai Sisi?
- MSI Ungkap Alasan Mau Jual PC Gaming Handheld Mahal di Indonesia
- "Perang Dingin" sejak 2020, Presiden China dan Bos Alibaba Berdamai?
- Lebih Dekat dengan Ponsel Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate
- Spesifikasi dan Harga Moto G45 5G, HP Pertama Motorola buat “Comeback” ke Indonesia
- Perusahaan AI Elon Musk Rilis Grok 3, Diklaim Lebih Pintar dari DeepSeek
- Huawei Umumkan Gelang Pintar Band 10, Punya 100 Mode Olahraga dan Tahan 14 Hari
- Huawei FreeArc Meluncur, TWS Open-ear dengan Kait Telinga Elastis
- 5 Negara Larang DeepSeek, Terbaru Korea Selatan