Protes Karyawan Facebook ke Zuckerberg, dari Bilang Pengecut hingga Mengundurkan Diri

- Sebagian karyawan Facebook masih geram dengan sikap perusahaan mereka yang mendiamkan postingan Presiden Donald Trump yang dianggap mengglorifikasi kekerasan.
Bahkan, puluhan karyawan senior sampai mencaci CEO Facebook Inc, Mark Zuckerberg dan para petinggi Facebook lain sebagai pengecut.
Cacian itu disampaikan mereka dalam sebuah surat terbuka yang dialamatkan ke Zuckerberg. Sejatinya, para pegawai meminta agar para petinggi Facebook tidak cuma diam atas unggahan Trump.
"Mereka telah memutuskan bahwa jajaran terpilih harus berada di bawah standar yang mereka perintah (pegawai)," tulis pegawai senior Facebook dalam surat terbuka itu.
Baca juga: Kicauan Donald Trump Soal Kekerasan di Minneapolis Disembunyikan Twitter
Adapun yang ikut menandatangani surat tersebut di antaranya Meredith Chin, mantan manajer komunikasi korporat Facebook; Adam Corner, mantan manajer kebijakan publik; Natalie Ponte, mantan manajer marketing; dan Jon Warman, mantan software engineer Facebook.
Sebelumnya dilaporkan bahwa banyak pegawai Facebook yang kecewa dengan sikap perusahaan karena membiarkan postingan Trump, yang dianggap mengglorifikasi kekerasan di Facebook.
Mereka kecewa atas sikap Zuckerberg yang mendiamkan postingan itu, sementara Twitter dinilai lebih tegas karena menyembunyikan kicauan Trump dengan isi yang sama. Postingan yang dimaksud adalah dukungan Trump kepada Gubernur Minneasota, Tim Waltz.
....These THUGS are dishonoring the memory of George Floyd, and I won’t let that happen. Just spoke to Governor Tim Walz and told him that the Military is with him all the way. Any difficulty and we will assume control but, when the looting starts, the shooting starts. Thank you!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 29, 2020
Tapi, ada kalimat yang berbunyi "saat penjarahan dimulai, maka penembakan dimulai" yang dilontarkan Trump, yang dinilai sebagian besar pihak menghasut kekerasan. Oleh Twitter, twit tersebut disembunyikan, meskipun masih bisa dilihat dengan menekan tombol "View".
Kalimat itu pernah dipakai oleh seorang kepala polisi Miami, AS Walter Headley yang memicu kerusuhan pada tahun 1968.

Unggahan yang sama di Facebook oleh Trump, masih tetap bisa dilihat secara terbuka. Mereka pun melakukan aksi "mogok kerja" secara virtual dengan memamerkan pengajuan cuti, dengan alasan mendukung aksi protes terhadap kematian George Floyd yang menjadi topik twit Trump.
Pegawai lain juga melakukan aksi simbolik dengan mengganti foto profil Twitter mereka menjadi warna hitam dan menggunakan tagar #BLACKLIVESMATTER.
Kabarnya, pegawai Facebook juga mengganti logo Facebook dengan logo Twitter di foto profil platform kerja internal mereka.
Baca juga: Karyawan Facebook Kritik Mark Zuckerberg Lewat Twitter
"Kekecewaan yang kami adalah yang memotivasi surat ini," tulis pegawai dalam surat terbuka, sebagaimana KompasTekno rangkum dari CNN, Kamis (4/6/2020).
"Kami sangat hancur melihat sesuatu yang kami bangun, dan sesuatu yang kami yakini akan membuat dunia ini lebih baik, teramat kehilangan arah," lanjut tulisan tersebut.
Tak cukup hanya dengan kata-kata, dua karyawan Facebook mengambil sikap lebih jauh dengan tindakan, yakni dengan mengundurkan diri dari perusahaan raksasa Silicon Valley itu.
Dua karyawan tersebut adalah Timothy J. Aveni dan Owen Anderson. Keduanya mengumumkan pengunduran diri secara terbuka melalui akun Facebook dan platform pesaingnya, Twitter.
I am proud to announce that as of the end of today, I am no longer a Facebook employee.
— Owen Anderson (@OwenResistor) June 1, 2020
Zuckerberg sendiri secara pribadi telah menyampaikan simpatinya atas isu rasial yang mencuat di AS melalui unggahan Facebook terbarunya. Namun ia menggarisbawahi bahwa setiap keputusannya tidak bisa diambil, karena alasan personal.
"Saya terus berusaha (memikirkan) bagaimana cara merespons twit dan unggahan presiden (Trump). Secara personal, saya memiliki reaksi negatif yang mendalam terhadap retorika yang memecah belah dan memanas ini," tulis suami Pricilla Chan itu.
"Namun, saya bertanggung jawab atas reaksi tidak hanya dalam kapasitas personal saya, tapi juga sebagai pimpinan instansi yang berkomitmen dengan kebebasan bereskpresi," lanjut Zuckerberg.
Terkini Lainnya
- Kelebihan dan Kekurangan eSIM Dibanding Kartu SIM Biasa
- Google Luncurkan Ironwood, Chip AI untuk Inferensi Skala Besar
- Apakah iPhone XS Masih Layak Beli di Tahun 2025? Begini Penjelasannya
- Spesifikasi dan Harga iPhone 16 Pro Max Max di Indonesia, mulai Rp 22 Juta
- Samsung Ajak Konsumen Jajal Langsung Galaxy A56 5G dan A36 5G di "Awesome Space"
- Cara Aktifkan eSIM Telkomsel di HP Android dan iPhone
- Elon Musk Dulu Ejek Bentuk Roket yang Bawa Katy Perry ke Luar Angkasa
- Tidak Ada Batas Waktu, Ini Cara Login dan Aktivasi MFA ASN
- HP Poco F7 Ultra dan F7 Pro Resmi di Indonesia, Harga Termurah Rp 7 Jutaan
- Link Download dan Cara Instal Safe Exam Browser buat Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2025
- Momen Katy Perry di Luar Angkasa: Lihat Lengkung Bumi dan Pegang Bunga Aster
- Manuver Intel Selamatkan Bisnis Chip, Jual 51 Persen Saham Perusahaan Hasil Akuisisi
- 6 Cara Mengatasi Kode OTP Invalid saat Aktivasi MFA ASN Digital, Jangan Panik
- Katy Perry ke Luar Angkasa Pakai Roket Bos Amazon, Kembali Selamat dan Cium Tanah
- Cara Beli eSIM Telkomsel dan Daftar Harganya
- Nokia Luncurkan Smart TV 43 Inci, Harga Rp 6 Juta
- Lagi, Elon Musk "Cuti" dari Twitter
- Snapchat Akan Setop Promosikan Akun Donald Trump
- Samsung Galaxy M01 Meluncur dengan Baterai 4.000 mAh
- Google Dituntut Rp 70 Triliun gara-gara Mode "Incognito" di Chrome