China Dituding Sebarkan Hoaks "Lockdown" di Amerika Serikat
- Pertengahan Maret lalu, warga Amerika Serikat sempat dibuat panik oleh beredarnya SMS dan posting media sosial yang menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan menerapkan lock down di seluruh negeri, terkait dengan pandemi Covid-19.
Pesan-pesan ini menyebar luas dalam hitungan hari, hingga kemudian National Security Council Gedung Putih (WHNSC) mengeluarkan bantahan lewat Twitter. "Rumor SMS tentang karantina nasional adalah kabar palsu. Tak ada lock down nasional," sebut @WHNSC.
Baca juga: Menara BTS di Inggris Dibakar Massa karena Hoaks Virus Corona
Belakangan, dinas-dinas intel di AS beranggapan bahwa agen rahasia China ikut menyebarkan pesan hoaks dimaksud. Caranya diduga mirip dengan yang umum digunakan troll dari Rusia, yakni membuat akun palsu di media sosial untuk menyebarkan pesan bohong ke warga AS.
Para warga ini kemudian akan terpancing dan ikut menyebar pesan tersebut. Makin lama pesan yang tersebar pun makin banyak dan meluas.
Agen-agen China itu, menurut keterangan sumber anonim dari dinas Intel AS kepada The New York Times, menggunakan aplikasi messaging yang terenkripsi sehingga jejak mereka dalam menyebar disinformasi di media sosial sukar dilacak.
Perang informasi
Kementerian Luar Negeri China pekan ini mengeluarkan tanggapan bahwa tudingan tersebut merupakan "omong kosong yang tak layak mendapat bantahan".
Baca juga: Bill Gates, Ramalan Jitu Wabah Virus, dan Vaksin Anti-corona
Secara terpisah, juru bicara kementerian Zhao Lijian berulang kali membantah tuduhan AS bahwa China sengaja menyebarkan informasi keliru dan tidak transparan selama pandemi Covid-19.
"Kami meminta AS agar menghentikan manipulasi politik, lalu membereskan rumah sendiri dan lebih fokus untuk memerangi epidemi serta memperbaiiki ekonomi," kata Zhao, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The New York Times, Sabtu (25/4/2020).
Selain perseteruan mereka dalam perdagangan, Amerika Serikat dan China sedang terlibat "perang informasi" terkait pandemi Covid-19.
Baca juga: Kelompok Hacker Serang China, Diduga Terkait Virus Corona
Presiden Donald Trump banyak dikritik di dalam negeri lantaran dipandang gagal mengantisipasi wabah virus corona yang sudah menghilangkan nyawa lebih dari 40.000 warga AS.
Dia disinyalir berusaha mengalihkan perhatian ke China, seperti dengan memunculkan wacana bahwa virus corona merupakan senjata biologis yang tak sengaja terlepas.
Di sisi lain, Partai Komunis China pun berusaha mencari dukungan domestik dan internasional setelah ketahuan menutup-nutupi awal kemunculan virus corona sampai terlanjur menyebar.
Terkini Lainnya
- Ambisi Malaysia Jadi Pusat Data Center Asia Terganjal
- Apakah Mode Pesawat Bisa Menghemat Baterai HP? Begini Penjelasannya
- Ada Tonjolan Kecil di Tombol F dan J Keyboard, Apa Fungsinya?
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Konsol Handheld Windows 11 Acer Nitro Blaze 8 dan Nitro Blaze 11 Resmi, Ini Harganya
- X/Twitter Akan Labeli Akun Parodi
- Deretan Laptop Baru Asus di CES 2025, dari Seri Zenbook hingga ROG Strix
- 5 Penyebab Tidak Bisa Lihat Profil Kontak WA Orang Lain
- Cara Logout Akun Google Photos dari Perangkat Lain
- Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
- RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Pasar Ponsel Dunia Akhirnya Membaik, Naik 4 Persen Tahun Lalu
- 10 Jenis Cookies di Internet dan Fungsinya
- Fitur Baru ChatGPT Bisa Ngobrol ala Gen Z
- Sah, AS Perketat Ekspor Chip AI ke Pasar Global
- 7 Tips Aman Berinternet Saat Harus Bekerja dari Rumah
- Huawei Lagi-lagi Klaim Jepretan DSLR sebagai Hasil Foto Ponselnya
- Pengguna GrabFood Bisa Jadwalkan Pesanan untuk Sahur dan Buka Puasa
- Background Video Skype Kini Bisa Diganti, Begini Caranya
- AMD Umumkan Prosesor Ryzen 3 3300X dan 3100