cpu-data.info

Sering Dikuntit Iklan setelah "Googling" Barang, Mohon Sabar sampai 2022

Ilustrasi logo Chrome
Lihat Foto

- Jika merasa mendadak diikuti iklan barang yang Anda googling atau cari di situs belanja/e-commerce biang keladinya adalah cookies.

Gara-gara cookies, terkadang muncul iklan dari produk atau jasa yang sempat ditelusuri sebelumnya di mesin pencari atau situs belanja, meskipun pengguna telah keluar dari situs tersebut.

Sebab, rekaman penjelajahan pengguna akan tersimpan di browser. Hal itu cukup mengerikan bagi pengguna internet karena seolah dikuntit iklan, namun menguntungkan pengiklan karena target konsumen mereka lebih akurat.

Nah, Google berencana untuk memperketat kebijakan privasinya tahun 2022 mendatang. Implementasinya adalah melalui penyetopan dukungan cookies dari pihak ketiga di web browser Chrome.

Di dalam mesin pencarian, cookies merupakan alat digital untuk melacak aktivitas internet pengguna.

Google Chrome termasuk agak terlambat dalam memberlakukan kebijakan ini. Sebab, web browser lain, telah melakukannya lebih dulu.

Mozilla Firefox misalnya, telah melakukan langkah radikal dengan memblokir cookies pihak ketiga secara total. Namun menurut Google, cara itu akan merugikan web.

"Beberapa browser merespons masalah ini dengan memblokir cookies pihak ketiga, tapi kami yakin bahwa hal tersebut memiliki konsekuensi yang berdampak negatif bagi pengguna dan ekosistem web," kata Justin Schuh, direktur Google untuk teknisi Chrome.

Baca juga: Google Hentikan Dukungan untuk Chrome Apps Juni Mendatang

Sebab itulah, tahun 2019 lalu, mereka memperkenalkan proposal "Privacy Sandbox". Sistem ini digadang menjadi jalan tengah untuk memberikan rasa aman untuk privasi pengguna, sekaligus tetap memberikan ruang bagi ekosistem online terbuka dan tanpa bayar, termasuk iklan.

"Ini adalah strategi kami untuk merancang arsitektur standar web, untuk menjaga privasi secara default," jelas Schuh, dihimpun KompasTekno dari Tech Crunch, Minggu (19/1/2020).

Mulai bulan Februari mendatang, Google akan mengimplementasikan beberapa teknik untuk membatasi pelacakan lintas web. Mereka akan menggunakan "SameSite rules", di mana cookies milik pihak ketiga hanya bisa diakses melalui koneksi HTTPS.

"Beberapa gagasannya termasuk pendekatan untuk memastikan bahwa iklan terus berjalan dengan lebih relevan untuk pengguna, namun data pengguna yang dibagikan dengan situs web dan pengiklan akan diminimalisir dengan mengumpulkan informasi pengguna secara anonim dan menyimpan infromasi pengguna lebih banyak di perangkat," jelas Scuch.

Baca juga: Bos Xiaomi Indonesia Tanggapi Keluhan Mi Fans soal Iklan di MIUI

Namun bagaimana detail "Privacy Sandbox" ini masih belum jelas dan masih akan berubah. Google mengatakan tidak bisa merealisasikan ide ini sendirian.

Mereka akan melakukan uji coba dalam beberapa tahun ke depan. Rencananya, mereka akan mulai memindahkan pengiklan dan situs penerbit online ke sistem baru yang masih mereka garap. Scuch paham betul tidak semua pihak akan menerima perubahan ini.

"Bagi mereka yang tidak sepakat, kami membuka solusi alternatif selama mereka memiliki jenis privasi dan keamanan yang memadai, selama mereka memiliki prediktabllitas yang sama seperti yang kita harapkan," ujar Schuh.

Meskipun target yang dicanangkan adalah dua tahun, tidak menutup kemungkinan akan molor.

Sebab, banyak pihak yang akan terdampak akibat kebijakan ini, terutama para pengiklan dan penerbit online. Apalagi, Chrome adalah web browser yang dominan, dibanding Safari atau Mozilla Firefox.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat