Google Terjun ke Bisnis Perbankan lewat "Cache"

- Google diketahui akan segera melebarkan sayapnya dan masuk ke dalam industri perbankan. Perusahaan besutan Larry Page dan Sergey Brin ini berencana merilis layanan rekening giro tahun depan.
Layanan perbankan ini diberi nama Cache, yang ditargetkan akan meluncur pada 2020 mendatang. Dalam proyek ini, Google menjalin kemitraan dengan Citigroup dan Stanford Federal Credit Union.
Lewat layanan Cache, pemilik rekening nantinya akan dapat mengakses akun mereka langsung melalui aplikasi Google Pay. Dengan demikian, layanan ini berhadapan langsung dengan Apple Card yang memiliki fungsi serupa.
Kendati demikian, rincian lain dari proyek Cache ini belum diketahui, seperti misalnya apakah pemilik akun nantinya akan dibebankan biaya tertentu atau tidak.
Baca juga: Bisnis Xiaomi Merambah ke Perbankan
Dikutip KompasTekno dari 9to5Google, Selasa (19/11/2019), salah satu petinggi Google dalam proyek Next Billion Users, Caesar Sangupta, mengatakan bahwa layanan Cache ini dibuat untuk memudahkan pengguna dalam bertransaksi.
Dalam pemasarannya, layanan Cache juga tidak akan mengedepankan nama Google. Cache akan lebih mengedepankan nama kedua bank yang bermitra.
"Pendekatan kami akan sangat bermitra dengan bank dan sistem keuangan. Mungkin jalannya sedikit lebih panjang, tapi lebih berkelanjutan," kata Caesar.
Dengan adanya layanan ini, Google tentu akan dapat menggali lebih banyak data pengguna, bahkan hingga ke rincian nominal penghasilan atau berapa uang yang dihabiskan dalam belanja setiap bulan.
Baca juga: Awas, Virus Android Ini Bisa Kuras Tabungan di Bank
Meski begitu, Caesar menegaskan data-data tersebut tidak akan digunakan untuk iklan atau dibagikan kepada para pengiklan.
Namun tetap saja hal itu akan menjadi pekerjaan yang berat untuk Google, sebab meyakinkan orang untuk memberikan data sensitif, seperti riwayat transaksi hingga nominal penghasilan tidak akan menjadi hal yang mudah.
Apalagi saat ini Google berada dalam pengawasan yang lebih ketat terkait kasus antimonopoli.
Terkini Lainnya
- Daftar Harga Netflix di Indonesia, Mulai Rp 54.000
- iPhone 16e Meluncur, iPhone 16 Versi "Murah"
- Xiaomi Suntik DeepSeek AI ke HyperOS, Ini HP yang Kebagian
- Nugroho Sulistyo Budi Resmi Dilantik Jadi Kepala BSSN
- Bocoran Desain iPhone 17 Pro, Jadi Mirip Ponsel Poco?
- HP Xiaomi Ini Dapat Update 6 Tahun, Dijual di Indonesia
- Foto: 100 Meter dari Panggung Seventeen Bangkok Tetap "Gokil" Pakai Samsung S25 Ultra
- Cara Buat Twibbon Ramadan 2025 di Canva lewat HP dan Desktop
- Garmin Instinct 3 Series Rilis di Indonesia, Kini Pakai Layar AMOLED
- Cara Bikin Kata-kata Kartu Ucapan Lebaran untuk Hampers Lebaran via ChatGPT
- 5 Negara Larang DeepSeek, Terbaru Korea Selatan
- Ini Dia Fitur xAI Grok 3, AI Terbaru Buatan Elon Musk
- Melihat HP Lipat Huawei Mate X6 Lebih Dekat, Layar Besar Bodi Ramping
- Google Didenda Rp 202 Miliar, Pakar Dorong Regulasi Digital yang Lebih Adil
- HP Realme P3 Pro dan P3x 5G Meluncur, Bawa Baterai Besar dan Chipset Baru