cpu-data.info

Kisah Hidup Huawei, Bermula dari Apartemen Sempit dan Modal Pas-pasan

Booth Huawei di MWC 2019.
Lihat Foto

- Nama Huawei belakangan banyak menjadi buah bibir di ranah teknologi. Raksasa China ini merupakan raksasa teknologi pembuat aneka gadget dan produk telekomunikasi yang membuat khawatir Amerika Serikat.

Kesuksesan Huawei tak langsung datang begitu saja. Didirikan di sebuah apartmen kecil di Shenzen pada tahun 1987 oleh Ren Zhengfei, mantan teknisi militer China yang kemudian mendirikan Huawei di usianya yang ke-44.

Ia menceritakan sahanya mendirikan Huawei dari nol hingga menjadi sebesar saat ini dalam sebuah video berseri yang ditayanngkan oleh BBC. Dalam tayangan perdananya, Ren mengaku bahwa modal awal mendirikan Huawei adalah 21.000 yuan kala itu.

Baca juga: Janji Huawei untuk Menarik Pengembang ke Toko Aplikasinya

Jika dikonversi ke dalam rupiah hari ini, nilainya sekitar Rp 42 jutaan, terbilang pas-pasan untuk membangun sebuah bisnis teknologi. Kala itu, Huawei belum mendapat sepeserpun pendanaan dari pemerintah. Ren pun akhirnya mengambil modal dari beberapa orang.

"Tapi akhirnya, mereka menarik pendanaan," kisah Ren.

Buat produk karena ditinggal

Pada mulanya, Huawei adalah reseller saklar yang dipasok dari sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Namun, saat bisnis Huawei mulai stabil, pemasok tersebut malah meninggalkan Huawei.

"Hal ini memaksa kami untuk membangun produk komunikasi kami sendiri tahun 1990," kata Ren yang mengaku tidak punya pilihan lain ketika itu.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Huawei gagal. Satu dekade awal merupakan masa-masa yang sulit bagi Huawei untuk membangun bisnis.

Lyu Ke, yang kini menjabat sebagai Corporate Advisory Committee dan turut menjadi saksi perjalanan Huawei, menceritakan bagaimana mereka bekerja siang dan malam demi mengembangkan bisnis Huawei.

Baca juga: Gara-gara Salah Sebut, Penjualan Huawei P30 Diblokir di Taiwan

"Hampir satu bulan, kami tidak meninggalkan gedung apartemen tersebut," tutur Lyu dalam video yang sama.

Usaha itu membuahkan hasilnya saat ini. Bulan Oktober lalu, Huawei sesumbar total pendapatannya mencapai 610,8 miliar yuan (sekitar Rp 1.225 triliun) selama tiga kuartal terakhir tahun 2019.

Tragedi ditinggal pemasok saat sedang berjaya rasanya kembali terulang. Bulan Mei lalu, Huawei ditinggal beberapa mitra bisnisnya asal Amerika Serikat karena masuk entity list. Daftar tersebut melarang perusahaan AS manapun untuk berbisnis dengan Huawei.

Baca juga: Jurus Huawei Bertahan Tanpa Google

Salah satunya adalah Google, induk Android yang selama ini menjadi tumpuan Huawei untuk software di ponsel pintar besutannya.

Dari keluarga miskin, di kota kecil

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat