cpu-data.info

Algoritma YouTube Anggap "Pokemon Go" sebagai Pornografi

Pichu dan Togepi sudah bisa diperoleh di Pokemon Go
Lihat Foto

KOMPAS. com - Konten gaming di YouTube agaknya tidak selalu dianggap baik oleh Google, sekalipun konten Pokemon Go. Pasalnya, beredar kabar bahwa ada beberapa YouTuber yang mengunggah video gameplay Pokemon Go, namun diblokir oleh YouTube lantaran dianggap konten pornografi.

Berdasarkan laporan BBC, ada tiga YouTuber yang diblokir oleh YouTube, mereka masing-masing dengan akun Mystic7, Trainer Tips, dan Marksman.

Akun YouTube ketiga konten kreator tersebut disebut diblokir oleh YouTube, tak lama setelah mereka mengunggah video gameplay Pokemon Go.

Alasan pemblokiran karena video-video yang diunggah terdapat singkatan CP. Di Pokemon Go, CP sendiri merupakan singkatan dari "Combat Points". Namun, menurut YouTube dan algoritma sistem platform tersebut, CP dianggap sebagai singkatan dari "Child Pornography".

Mendapati akunnya telah diblokir, Mystic7 dan Trainer Tips pun mengungkapkan keluhannya di Twiter.

Baca juga: Google Ciptakan AI untuk Basmi Pornografi Anak

 

 

Selain berkeluh kesal di sosial media, ketiga konten kreator ini juga melaporkan kejadian pemblokiran akun ke YouTube.

Sebab, tak hanya channel YouTube saja yang diblokir. Seluruh ekosistem Google yang terintegrasi dengan Gmail juga tak bisa digunakan.

Selang beberapa waktu setelah dilaporkan dan ramai diberitakan, tiga akun tersebut langsung pulih dari status blokir. Lalu, apa tangapan YouTube tentang kasus ini?

Ketidaksengajaan sistem

Melihat kasus ini, pihak YouTube pun memberikan klarifikasi bahwa pemblokiran akun merupakan kesalahan sistem.

"Dengan banyaknya video yang beredar di platform kami, kadang kami salah (memblokir)," ujar pihak YouTube.

"Ketika mendengar ada channel yang telah diblokir oleh sistem secara tak sengaja, pihak kami langsung mencabut blokir tersebut dan mengulas video terkait di channel tersebut," tambahnya.

Kejadian ini pun agaknya menimbulkan kekhawatiran tentang pemblokiran melalui otomatisasi sistem dan algoritma YouTube.

Padahal, pemblokiran akun mestinya dilakukan oleh orang, bukan sistem. Sebab, status blokir sendiri merupakan status hukuman yang absolut.

Terlebih, jika YouTube terus mengandalkan algoritma, maka kejadian di atas mungkin bakal terjadi lagi di kemudian hari, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Kotaku, Kamis (21/2/2019).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat