Usai Tumbangkan Apple, Huawei Bidik Samsung

— Huawei sesumbar ingin menyabet gelar Samsung sebagai raja pabrikan smartphone dunia di tahun 2019. Vendor China itu bahkan tak gentar meski akses pasarnya di Amerika Serikat diblokir.
Ditambah larangan dari Australia, Jepang, dan Selandia Baru yang akan melarang perangkat 5G Huawei. Huawei punya alasan sendiri mengapa begitu percaya diri menggeser posisi Samsung yang sekarang masih menjadi vendor smartphone nomor satu dunia.
Tahun 2018 lalu, total penjualan Huawei melesat 50 persen, mencapai 52 miliar dollar AS (sekitar Rp 738 triliun).
Kontribusi penjualan smartphone sendiri mencapai 48 persen dari total penjualan Huawei. Jumlah kontribusi tersebut untuk pertama kalinya lebih banyak dibanding divisi insfrastruktur jaringan.
Baca juga: 2019, Smartphone Huawei Bakal Mantapkan Posisi di Atas Apple
Ponsel dengan jaringan 5G diprediksi akan mendongkrak penjualan Huawei pada 2019. Posisi Huawei kini tepat di bawah Samsung, setelah berhasil menumbangkan Apple yang sebelumnya duduk di posisi kedua.
Huawei pun mengantongi predikat sebagai vendor smartphone terbesar kedua di dunia dan penjual infrastruktur jaringan terbesar saat ini.
Berbanding terbalik dengan Huawei, penjualan Apple justru dilaporkan semakin merosot hingga awal Januari.
Sementara itu, dua vendor asal Korea selatan, Samsung dan LG, dilaporkan membuat para investornya khawatir karena laba operasi mereka memburuk di kuartal keempat 2018.
Dirangkum KompasTekno dari Fortune, Jumat (25/1/2019), Samsung mengatakan bahwa laba operasi mereka pada kuartal-IV mencapai 9,7 miliar dollar AS (Rp 137 triliun), turun 28 persen dibanding tahun lalu dan hampir mencapai 18,2 persen di bawah ekspektasi para analis.
Tekanan pelarangan
Langkah Huawei menuju puncak posisi vendor smartphone terbesar di dunia tak selalu mulus. Beberapa negara melarang perangkat penggunaan perangkat Huawei dengan alasan keamanan nasional.
AS menganggap bahwa perangkat Huawei merupakan ancaman keamanan siber yang dilakukan Pemerintah China. Huawei pun meminta Pemerintah AS untuk membuktikan dugaan itu meski hingga saat ini belum ada bukti kuat akan hal itu.
Baca juga: Dituduh Jadi Mata-mata China, CEO Huawei Angkat Bicara
Salah satu bukti tekanan pelarangan produk Huawei oleh Pemerintahan AS adalah saat beberapa universitas di AS mengganti perangkat Huawei mereka dan produk China lainnya.
Hal ini dilakukan institusi-institusi pendidikan tersebut agar tidak kehilangan pendanaan federal, di bawah hukum kemanan nasional yang baru yang digulirkan Presiden Donald Trump.
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia baru, Jacinda Ardern mengatakan bahwa pelarangan tak hanya ditujukan untuk vendor tertentu dan Huawei masih memiliki peluang untuk mengatasi masalah keamanan yang diragukan pemerintah.
Terkini Lainnya
- Microsoft Rilis Chip Kuantum Majorana 1 untuk Komputasi Skala Besar
- Beda Budaya Bisa Gagalkan Merger
- Cara Blokir SMS Spam yang Mengganggu di HP Xiaomi
- 2 Cara Menghapus Cache di HP Realme dengan Mudah dan Cepat
- Fitur Ini "Sulap" Oppo Find N5 Jadi Remot Laptop Apple Mac
- AMD Rilis 3 CPU Ryzen AI 300 Series
- Kulkas Pintar Samsung Bespoke AI Seri RS70 Resmi, Punya Fitur Penghemat Listrik
- Video: Fitur Samsung S25 Ultra Bikin Rekam Konser Seventeen Bangkok Jadi Anti-mainstream
- Hati-hati, Setting Bawaan di iPhone Bisa Jadi "Pintu" Hacker Menyusup
- Smartwatch OnePlus Watch 3 Resmi Meluncur, Layar Lebih Besar dan Terang
- YouTube Bikin Langganan "Premium Lite", Ini Bedanya dengan Premium Biasa
- Menkomdigi Minta Platform Digital Perketat Perlindungan Anak dari Konten Berbahaya
- 8 Ciri-ciri Chat Penipuan WhatsApp, Jangan Terkecoh
- Harga Laptop Akan Naik, Bos Acer Ungkap Alasannya
- 25 Tablet dan HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS dengan AI DeepSeek