E-sport Dipertandingkan di Asian Games, Selanjutnya Olimpiade?
- Ada yang istimewa pada gelaran Asian Games 2018 Jakarta Palembang yang baru saja usai. Dalam ajang empat tahunan ini, untuk pertamakalinya e-sport dipertandingkan sebagai salah satu cabang olahraga.
Meski masih dalam taraf eksibisi, tentu ini menjadi sebuah batu loncatan yang besar bagi dunia e-sport. Sayangnya kendati sudah masuk dalam Asian Games, eSports tak serta merta dapat dengan mudah menjadi cabor di Olimpiade.
Menurut Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, kecil kesempatan e-sport untuk dibawa ke Olimpiade. Ia mengatakan bahwa e-sport mengandung unsur kekerasan sehingga bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut Olimpiade sehingga sulit untuk dimasukkan dalam kategori olahraga.
“Dalam Olimpiade, kami tidak bisa memberi tempat pada permainan yang mempromosikan kekerasan atau diskriminasi. Mereka, dari sudut pandang kami, bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade dan karena itu tidak dapat diterima," kata Bach.
Dikutip KompasTekno dari Mashable, Selasa (4/9/2018), menurut Bach meski saat ini Olimpiade memiliki cabang olahraga yang juga mengandung kekerasan seperti tinju, hal ini tidak bisa disamaratakan. Pasalnya tinju dan e-sport meski sama-sama mengandung kekerasan, kedua olahraga ini punya nilai yang berbeda.
"Tentu saja setiap jenis olahraga pertempuran memiliki asal-usul dalam pertarungan nyata. Tapi, olahraga adalah ekspresi yang lebih beradab tentang (pertarungan) ini. E-sport yang mengandung unsur saling bunuh tidak dapat diselaraskan dengan nilai-nilai Olimpiade kami," ungkap Bach.
Memang, hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ketua Asosiasi E-sport Indonesia, Eddy Lim saat berbincang dengan KompasTekno pada Agustus (24/8/2018) lalu.
Ia mengatakan sejumlah game populer seperti Fortnite atau PUBG sulit untuk dikategorikan ke dalam e-sport lantaran mengandung unsur kekerasan seperti penggunaan senjata api dan saling bunuh.
Kendati demikian, Eddy mengatakan tetap ada wacana agar game bergenre tembak-tembakan ini dapat masuk dalam ajang olahraga global seperti Olimpiade. Namun masih perlu waktu untuk merumuskan semua permasalahan mulai dari aturan main hingga masalah gameplay yang masih dianggap sebagai kekerasan.
"Sekarang masih kontroversi memang yang tembak-tembakan itu," kata Eddy.
Meski begitu, sejatinya tak semua e-sport mengandung unsur kekerasan. Misalnya PES 2018 yang dipertandingkan di eksibisi Asian Games beberapa waktu lalu sama sekali tidak mengandung adanya senjata api ataupun saling bunuh.
IOC sejatinya harus memertimbangkan judul dan genre game seperti ini agar dapat dikategorikan sebagai salah satu cabang olahraga di Olimpiade mendatang.
Baca juga: Penonton dan Peserta Kompetisi E-sport Ditembaki, 4 Tewas
Terkini Lainnya
- Suasana Peluncuran Global Oppo Find X8 Series di Bali, Dihadiri Undangan dari Berbagai Negara
- Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A16 5G di Indonesia
- Oppo Gandeng Merek Fesyen Paris Maison Kitsune, Bikin Casing Find X8 Series
- YouTube Music "2024 Recap" Dirilis, Rangkum Lagu yang Sering Diputar Mirip Spotify "Wrapped"
- Apple Sodorkan Rp 1,5 Triliun demi TKDN iPhone 16, Pemerintah RI?
- Bukti Kuat Motorola Bakal "Comeback" ke Pasar Ponsel Indonesia
- Beda Smart TV, Android TV, dan Google TV, Kenali sebelum Beli
- Oppo Find X8 Rilis Global Hari Ini di Bali, Begini Cara Nonton Peluncurannya
- Pemerintah AS Desak Google Jual Browser Chrome
- Taktik Apple Buka Blokir iPhone 16, Tawar Rp 157 Miliar lalu Rp 1,5 Triliun
- Xiaomi Redmi A4 5G Meluncur, HP Kamera 50 MP Harga Rp 1 Jutaan
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- iPhone 16 Masih Dilarang, Apple Janji Tambah Investasi 10 Kali Lipat
- Robot Manusia Ikut Lari "Half Marathon", Finish dengan Sekali Isi Baterai
- Fungsi Rumus POWER di Microsoft Excel dan Cara Menggunakannya