Radiasi Ponsel Picu Kanker pada Tikus, Apa Artinya bagi Manusia?

- Bulan lalu, National Toxicology Program (NTP) Amerika Serikat, mengeluarkan hasil penelitiannya, yang menunjukan jika radiasi ponsel tidak memicu sel kanker. Namun penelitian tersebut menemukan fakta lain, setelah dilakukan proses penelaahan sejawat.
Hasil dari evaluasi tersebut menyimpulkan, paparan radiasi menyebabkan tumor hati di organ tikus jantan yang diberi label "clear evidence" (bukti jelas).
Dalam tikus berlabel ini, ditemukan peningkatan risiko kanker ganas yang langka, disebut schwannoma di dalam jaringan ikat yang mengelilingi saraf hati.
Temuan lainnya adalah tumbuhnya tumor otak di tikus jantan dengan label "some evidence" (cukup bukti), di mana ditemukan risiko glioma ganas, sejenis kanker otak yang menyerang sel glial di tikus jantan.
Baca juga: Riset: Radiasi Ponsel Tak Picu Kanker Otak
Tumor juga ditemukan di organ hati tikus betina, namun tidak tumbuh di level yang signifikan, sehingga dilabeli "equivocal evidence" (bukti samar-samar).
Label tersebut berarti, peneliti belum bisa memastikan apakah radiasi menyebabkan tumor pada tikus betina atau tidak. Tetapi, anak tikus yang dilahiran dari tikus betina berlabel "equivocal evidence", memiliki bobot tubuh yang kecil.
Secara keseluruhan, penelitian yang awalnya berlabel "equivocal evidence", berubah menjadi "some evidence" dan "clear evidence", yang artinya ada kemungkinan jika penggunaan ponsel memicu tumbuhnya sel kanker.
Sebelumnya, NTP memaparkan jika radiasi non-ionisasi di ponsel berbeda dengan radiasi ionisasi, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam dosis tertentu.
Baca juga: Riset Terbaru: Ponsel Tak Membunuh Manusia
Dalam kesimpulannya kala itu, beberapa tikus yang digunakan sebagai uji coba, mampu bertahan hidup lebih lama, dan sebagian lainnya mati lebih cepat.
Peneliti juga menemukan pertumbuhan signifikan di limfoma, kanker yang berkembang di limfosit, yang muncul di tikus betina, meski dalam label "equivocal".
Bagi manusia
Lantas, apa artinya hasil tersebut bagi manusia? Setelah penelitian tersebut melalui proses penelaah sejawat atau peer review, hasilnya akan diberikan kepada badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA).
Lembaga tersebut nantinya akan mengeluarkan kebijakan untuk melindungi konsumen, dan memberikan pedoman ke badan komunikasi pusat AS (FCC), yang membuat standar keamanan ponsel.
Proses penelaahan sejawat merupakan proses vital bagi semuai penelitian, untuk dilakukan pemeriksaan atau penelitian oleh pakar lain yang sebidang.
Toksikolog senior NTP, Ronald Melnick pun tak menyangkal jika sulit menyimpulkan dengan pasti untuk penelitian selanjutnya, bahwa tidak ada risiko penggunaan ponsel bagi manusia.
"Saya pikir akan tidak bertanggungjawab jika tidak menyampaikan indikasi tersebut kepada publik", jelas Melnick seperti dilansir KompasTekno dari Quartz Media, Senin (9/4/2018).
Ia pun menambahkan jika perubahan kesimpulan setelah proses penelaahan sejawat, cukup jarang terjadi.
Baca juga: Aksesori iPhone Ini Bisa Deteksi Kanker
"Biasanya, ketika NTP menyampaikan penemuannya, para pakar penelaahan sejawat akan turut serta, hampir selama penelitian. Di kasus ini, mereka merasakan datanya, lalu mengombinasikan dengan pengetahuan mereka tentang kanker, yang cukup untuk menguatkan penemuan itu", imbuh Melnick.
Terkini Lainnya
- MSI Claw 8 AI Plus Resmi di Indonesia, PC Gaming Handheld Harga Rp 16,5 Juta
- Studi: Pengguna iPhone Makin Sering Ganti HP Baru
- Bocoran Spesifikasi HP Xiaomi 15 Ultra, Punya Kamera Periskop 200 MP
- Smartphone Vivo V50 Meluncur dengan Baterai Lebih Besar
- Cara Mengubah Warna Chat WhatsApp, Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
- Samsung Sebut Galaxy S25 HP Serba Bisa, Bukan Jago Rekam Konser Saja
- Ketika Google Mencibir, OpenAI Justru Meniru DeepSeek
- 5 Cara Cek Prosesor Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- Google Suntik Model AI Veo 2 ke YouTube Shorts, Ini Fungsinya
- 4 HP Android Murah Terbaru 2025, Harga Rp 2 juta-Rp 3 jutaan
- Perplexity Rilis Fitur untuk Riset Mendalam, Ditenagai AI DeepSeek-R1
- Fitur Tema Chat WhatsApp Hadir di Indonesia
- Ramai di Medsos, Cek Numerologi di ChatGPT untuk Ungkap Karakter, Begini Caranya
- Sedang Tren di Amerika, Pakai Apple Watch di Pergelangan Kaki, Bukan di Tangan
- Cara Bikin Poster Ramadhan 2025 Pakai Canva dan Figma, Gratis dan Mudah