Mantan Bos Google: AI Berontak? Matikan Saja Komputernya

- Raksasa-raksasa teknologi Silicon Valley seperti Google belakangan sibuk mengembangkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) alias program komputer yang bisa berpikir seperti manusia. Semakin lama, AI menjadi semakin pintar dan berguna.
Tapi tak semua orang setuju dengan pengembangan AI. Apalagi, AI selama ini memiliki reputasi buruk gara-gara sering digambarkan sebagai “penjahat” dalam film fiksi ilmiah, macam Skynet dalam seri film Terminator yang berupaya menyapu bersih umat manusia dari muka bumi.
Sejumlah tokoh beken seperti fisikawan Stephen Hawking pun angkat suara soal potensi bahaya AI bagi manusia. Pada 2014, Hawking mengatakan AI bisa menjadi lebih pintar dari manusia, kemudian berbalik melawan tuannya. Lalu ada juga miliarder teknologi Elon Musk yang pernah berkicau di Twitter bahwa AI lebih berbahaya dari senjata nuklir.
Baca: Ini Tweet Elon Musk yang Bikin Samsung Rugi Rp 7 Triliun
Benarkah kecerdasan buatan begitu berbahaya buat manusia? Eric Schmidt, mantan CEO Google yang kini menjabat sebagai chairman di Alphabet (perusahaan induk Google yang dibentuk tahun lalu) menjawab enteng ketika ditanya soal itu dalam seminar Brilliant Minds di Stockholm, minggu lalu.
“Saya tanya balik, apakah Anda pikir manusia tidak akan menyadari ini (AI yang berubah menjadi jahat) dan mulai mematikan komputernya?” ujar Schmidt seperti dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Senin (13/6/2016).
Dengan kata lain, Schmidt berpendapat “pemberontakan” AI, kalaupun terjadi, bisa dihentikan dengan mudah. Cukup matikan saja komputer tempatnya berada.
Google sendiri kabarnya sedang mengembangkan semacam mekanisme “tombol darurat” untuk berjaga-jaga. Andai saja kelakuan sebuah program atau robot mulai ngaco, “tombol” ini menyediakan cara mudah untuk mematikannya secara instan.
Baca: Pendiri Google Diam-diam Bikin Mobil Terbang
Karena itu, menurut Schmidt, ramalan bahwa manusia suatu saat bakal berjuang melawan AI yang berubah jahat cuma isapan jempol belaka dan hanya ada di film-film saja.
Lantas bagaimana dengan kekhawatiran Hawking dan Musk? Schmidt menganjurkan publik agar jangan risau. “Stephen Hawking, meskipun brilian, bukanlah ilmuwan komputer. Elon (Musk) pun orang brilian, tapi dia juga seorang fisikawan, bukan ilmuwan komputer,” pungkasnya.
Terkini Lainnya
- Mencoba MSI Claw 8 AI Plus, Konsol Gaming Windows 11 dengan Joystick RGB
- Cara Pakai WhatsApp Bisnis buat Promosi UMKM
- Cara Buat Kartu Ucapan Ramadan 2025 untuk Hampers lewat Canva
- Databricks Ekspansi ke Indonesia: Buka Potensi AI dan Pengelolaan Data
- GPU Nvidia RTX 5070 Ti Mulai Dijual di Indonesia, Ini Harganya
- Oppo Rilis Case dan Wallet Edisi Timnas Indonesia untuk Reno 13 F 5G
- 5 Aplikasi Al Quran untuk Mengaji Selama Puasa Ramadhan 2025
- Akamai Rilis Laporan "Defender Guide 2025" untuk Mitigasi Ancaman Siber
- Layanan Indosat HiFi Dikeluhkan Gangguan, Ada yang Sampai 9 Hari
- Cara Melihat Password WiFi di Laptop Windows 11 dengan Mudah dan Praktis
- Tabel Spesifikasi Nubia V70 Design di Indonesia, Harga Rp 1 Jutaan
- Google Bawa Fitur ala Circle to Search ke iPhone
- Microsoft Umumkan Muse, AI untuk Bikin Visual Video Game
- Chatbot AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Perbedaan Spesifikasi iPhone 16 Vs iPhone 16e