Samsung, Pedagang Sembako yang Jadi "Raja Gadget"
- Sebagian perusahaan Korea Selatan berkembang dengan menjiplak produk perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika Serikat. Namun, dalam waktu singkat, ”sang penjiplak” berhasil mengalahkan kekuatan yang ditiru. Samsung, adalah salah satunya.
”Kami (para insinyur Korsel) didorong untuk menyerap ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dari para insinyur Jepang,” kenang Park Sang-il, mantan Kepala Perencanaan Strategis dan Chief Technology Officer Samsung Electronics. Kini, Sang-il menjadi guru besar di Seoul National University for Sciences and Technology.
Di ruang kerja yang sedikit berantakan oleh kertas kerja dan peranti elektronik, awal September lalu, ia menceritakan kisah bagaimana para insinyur Korsel ”mencuri” ilmu dari insinyur Jepang.
”Kami meniru sepersis mungkin apa pun yang dibuat insinyur Jepang. Bahkan, saat itu ada kelakar, kalau kami masuk ke mobil insinyur Jepang dan menemukan makanan di dalamnya, kami pun harus meniru makanan tersebut,” ujar Park lalu dia terbahak sendiri.
Sang-il lantas mengeluarkan benda seperti disket yang telah diurai. ”Benda buatan Jepang seperti ini kami pereteli. Kami jiplak sepersis mungkin. Karena itu, kelemahan-kelemahan teknologi Jepang yang ada di disket seperti ini secara tak sengaja kami tiru juga,” tuturnya.
Sang-il kembali terbahak-bahak mengenang perjuangannya dan rekan-rekannya sesama insinyur dalam memahami dan menguasai teknologi canggih. Setelah insinyur Korsel pintar, lanjut Park, mereka memperbaiki kelemahan-kelemahan teknologi Jepang. Kemudian, mereka meriset ulang dan membuat produk sejenis yang lebih canggih.
Dengan cara itu, Samsung Electronics mengembangkan bisnis memori atau penyimpanan data elektronik. Produk andalannya, DRAM 256K, sukses di pasaran pada pertengahan 1987. Tak lama kemudian, Samsung menjadi pemimpin pasar memori sejak 1993 dan mempertahankan posisi setiap tahun selama hampir dua dekade.
Pedagang sembako yang jadi "raja gadget"
Sukses Samsung Electronics hanyalah satu contoh bagaimana perusahaan Korsel berkembang seiring transformasi ekonomi dan sosial Korsel tahun 1980-an. Seperti bangsa Korsel, perusahaan-perusahaan Korsel pada 1960-an masih disepelekan dan tidak punya pamor.
Samsung di awal pendiriannya pada akhir 1930-an hanyalah perusahaan lokal yang berbisnis sembako, seperti sayur-mayur, buah-buahan, gula, beras, dan ikan kering. Lalu, perusahaan itu mengembangkan bisnis terigu dan tekstil pada 1950-an.
Ketika Presiden Park Chung-hee menggulirkan program industrialisasi Korsel pada kurun waktu 1961-1979, Samsung beralih ke sektor manufaktur dan berfokus memproduksi peranti elektronik.
Samsung termasuk konglomerasi (chaebol) generasi pertama Korsel yang lahir dari rahim transformasi ekonomi Korsel bersama perusahaan lain, seperti LG, Hyundai, dan Posco.
Perusahaan-perusahaan yang mendapat berbagai fasilitas khusus dari pemerintah pada awal masa transformasi ekonomi itu kemudian berubah menjadi perusahaan global. Kini, perusahaan-perusahaan tersebut menjadi motor penggerak utama perekonomian Korsel.
Sebagaimana Samsung, kata Rezky Kim Seok-gi, Direktur Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta, pada awalnya pembangunan ekonomi Korsel memang meniru Jepang. Selanjutnya, Korsel menjadikan Jepang sebagai patokan pencapaian (benchmark) yang harus dilewati.
Mengapa Jepang yang dijadikan patokan? ”Seperti pada lomba lari, jika kita ingin cepat berlari, kita harus memastikan selalu berlari di samping pelari cepat. Ketika dia kelelahan, kita punya kesempatan untuk menyalip. Pelari cepat itu Jepang, dan setiap orang Korsel punya semangat mengalahkan Jepang karena faktor sejarah, yakni penjajahan Jepang terhadap Korea,” ujarnya, akhir Agustus.
Park Sang-il juga mengakui Jepang merupakan ”guru” sekaligus target yang mesti dikalahkan hingga saat ini. Perusahaan elektronik Korsel umumnya menargetkan Sony sebagai salah satu perusahaan elektronik Jepang yang harus dikalahkan. Target itu kini telah tercapai.
Dikutip dari AFP edisi 8 Juni 2014, Samsung saat ini menguasai 25,2 persen pasar telepon pintar dunia (74,3 juta unit), diikuti Apple 11,9 persen (35,1 juta), Huawei 6,9 persen (20,3 juta unit), Lenovo 5,4 persen (15,8 juta), dan LG 4,9 persen (14,5 juta). Sisanya, 39,3 persen (135,3 juta), dibagi-bagi kepada pemain lain. Data itu berdasarkan perhitungan hingga kuartal kedua 2014.
Laporan Forbes April 2014, pada 2013 Samsung Electronics menjual 314 juta telepon seluler ke pasar dunia. Salah satu "gadget" Samsung itu mungkin salah satunya kini sedang ada di tangan Anda.
CATATAN:
Tulisan ini merupakan cuplikan dari tulisan di Harian Kompas edisi Selasa (23/9/2014) berjudul Pedagang Sembako yang "Menyetrum" Dunia, karya Budi Suwarna dan Hamzirwan.
Terkini Lainnya
- Tawaran Baru Investasi Apple di Indonesia Tetap Lebih Kecil Dibanding Negara Tetangga
- iPhone 16 Diblokir di Indonesia, iBox dkk Kompak Bungkam
- Pemerintah RI Larang iPhone 16, Respons Pasar Terbelah
- 10 HP Flagship Android Terkencang Oktober 2024 Versi AnTuTu
- Youtuber David "Gadgetin" Komentari Pemblokiran iPhone 16 di Indonesia
- Ponsel Honor X9c Meluncur, Baterai 6.600 mAh dan Tahan Jatuh 2 Meter
- Relakah Pemerintah RI Cabut Blokir iPhone 16 Hanya dengan Rp 157 Miliar?
- AMD Ryzen 7 9800X3D Resmi, CPU Gaming Pesaing Intel Core Ultra 9 285K
- Indonesia Menghilang dari Tradisi Kuartalan, Apple Meradang?
- Mengenal Quantum Computing: Teknologi Komputasi Masa Depan
- 5 Manfaat Blockchain sebagai Jaringan Penyimpanan Data yang Perlu Diketahui
- Game Zenless Zone Zero 1.3 Siap Rilis, Ini Karakter Baru dan Jadwal Maintenance-nya
- Komputer Lawas Tidak Kuat Instal Windows, Coba KolibriOS Cuma Seukuran Disket
- Smartphone ZTE Nubia V60 Resmi di Indonesia, Bawa Desain Kamera "Boba" Mirip iPhone