Sinyal Mahkamah Agung AS Enggan Selamatkan TikTok
- Jelang tenggat pemblokiran TikTok di Amerika Serikat pada Minggu (19/1/2025) waktu setempet, Mahkamah Agung telah menggelar sidang dengar pendapat untuk kasus yang disebut "TikTok vs. Garland" ini.
Kasus ini menantang undang-undang federal yang secara efektif melarang TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance yang berbasis di China, kecuali jika perusahaan tersebut dijual ke entitas non-China.
Namun di akhir sesi dengar pendapat tersebut, para hakim Mahkamah Agung AS nampaknya cenderung untuk menegakkan larangan tersebut. Peluang TikTok untuk menggugat UU larangan operasional di AS nampaknya akan berujung buntu.
Baca juga: Minggu, TikTok Dikabarkan Tutup Aplikasi di AS
Tim hukum TikTok berargumen bahwa larangan tersebut melanggar hak-hak Amandemen Pertama warga Amerika Serikat dengan menutup platform yang digunakan oleh jutaan orang.
“Pemerintah tidak dapat menutup forum untuk kebebasan berekspresi hanya karena tidak menyukai siapa yang memilikinya,” kata Noel Francisco, pengacara TikTok.
Namun, para hakim tampak tidak yakin, dengan dalil masalah keamanan nasional dan aturan larangan pemerintah AS yang sudah berlaku lama terhadap kepemilikan asing atas infrastruktur komunikasi utama.
Hakim Agung John Roberts mengatakan, “Kongres tidak mengkhawatirkan konten (di TikTok); mereka mengkhawatirkan apa yang dilakukan oleh musuh asing.”
Hakim Brett Kavanaugh menekankan “tradisi panjang” yang melarang kontrol asing atas komunikasi AS, dengan merujuk pada preseden seperti Undang-Undang Radio tahun 1912.
Sementara Jaksa Agung Elizabeth Prelogar juga membela undang-undang tersebut, dengan menegaskan bahwa undang-undang tersebut sejalan dengan kepentingan keamanan nasional.
“Ini adalah tentang mencegah pemerintah China mengumpulkan data jutaan orang Amerika dan memanipulasi apa yang mereka lihat,” kata Prelogar.
Dia juga meyakinkan Pengadilan bahwa TikTok dapat melanjutkan operasinya di AS jika ByteDance menjual platform tersebut kepada entitas yang patuh, dengan menyatakan, “Ini bukan penutupan permanen.”
Para hakim sebagian besar mengisyaratkan persetujuan dengan posisi pemerintah. Hakim Neil Gorsuch mengatakan, “Sulit untuk melihat bagaimana Amandemen Pertama melindungi perusahaan yang dikendalikan oleh musuh asing untuk mematuhi undang-undang keamanan nasional.”
Baca juga: RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
Hakim Samuel Alito menggemakan sentimen ini, dengan menyatakan bahwa, “Risiko keamanan nasional di sini tampaknya cukup kuat untuk membenarkan pemberlakuan undang-undang tersebut.”
Hakim Ketanji Brown Jackson mendukung sikap pemerintah, dengan mempertanyakan apakah hubungan TikTok dengan ByteDance berbeda secara signifikan dengan hubungan dengan musuh-musuh asing.
Baca juga: Donald Trump Bujuk MA AS Tangguhkan UU Larangan TikTok
“Jika kita bisa melarang orang Amerika untuk bergaul dengan organisasi teroris, mengapa tidak dengan perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah yang memusuhi kita?” tanyanya.
Terkini Lainnya
- Mantan Bos Google Bikin "Hooglee", Medsos Video Berbasis AI
- Sinyal Mahkamah Agung AS Enggan Selamatkan TikTok
- Oppo Reno 13 Siap Masuk Indonesia Hari Ini, Intip Bocoran Spesifikasinya
- Riset Cisco: Hanya 19 Persen Perusahaan di Indonesia Siap Adopsi AI
- Xiaomi Ungkap Tanggal Peluncuran Redmi Note 14 Series di Indonesia
- Motorola Moto G Power 2025 Meluncur, HP Android Berstandar Militer
- Smartphone Honor Magic 7 Pro Meluncur Global, Punya Fitur Pendeteksi Video "Deepfake"
- Apa Itu Red Note? Aplikasi Pengganti TikTok yang Lagi Ramai di AS
- Viral Video Pria Transaksi Pakai Apple Watch, Apple Pay Sudah Bisa di Indonesia?
- Apakah Menyetujui Cookie di Website Selalu Aman? Ini Penjelasannya
- Fungsi VPN untuk Mengakses Internet yang Perlu Diketahui
- 5 Besar Vendor Smartphone Dunia Akhir 2024 Versi Canalys
- OpenAI Rilis Fitur Tasks untuk ChatGPT, Ini Fungsinya
- Meluncur Hari Ini, Intip Bocoran Harga dan Spesifikasi Oppo Reno 13 di Indonesia
- Earbuds Nothing Ear (open) Resmi di Indonesia, Harga Rp 2,5 Juta
- Xiaomi Ungkap Tanggal Peluncuran Redmi Note 14 Series di Indonesia
- Riset Cisco: Hanya 19 Persen Perusahaan di Indonesia Siap Adopsi AI
- Oppo Reno 13 Siap Masuk Indonesia Hari Ini, Intip Bocoran Spesifikasinya
- Smartphone Honor Magic 7 Pro Meluncur Global, Punya Fitur Pendeteksi Video "Deepfake"
- Mantan Bos Google Disebut Bikin "Hooglee", Medsos Video Berbasis AI