cpu-data.info

Elon Musk: Data untuk Latih AI Hampir Habis

Hakim Delaware buka jalan untuk Elon Musk dan Tesla mengajukan banding demi memulihkan gaji 56 miliar dollar AS. Apa dampaknya bagi masa depan Tesla?
Lihat Foto

- CEO Tesla sekaligus pemilik X, Elon Musk percaya bahwa dunia sudah mencapai batas penggunaan data untuk melatih kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

“Kita sedang menghadapi situasi di mana data yang relevan untuk melatih AI tingkat lanjut hampir habis. Dalam beberapa kasus, kita sudah berada di sana,” kata Musk selama percakapan yang disiarkan langsung dengan ketua Stagwell Mark wawancara di X pada Rabu malam.

Ilya Sutskever, salah satu pendiri dan kepala ilmuwan OpenAI, juga pernah mengutarakan pendapat serupa. Ia menyebut fenomena ini sebagai “peak data,” di mana ketersediaan data berkualitas untuk melatih AI telah mencapai puncaknya.

Ilustrasi artificial intelligence (AI), kecerdasan buatan.Shutterstock/Zapp2Photo Ilustrasi artificial intelligence (AI), kecerdasan buatan.
Pendapat Musk ini muncul di tengah fenomena AI boom (ledakan AI), di mana teknologi kecerdasan buatan mengalami perkembangan pesat dan adopsi yang sangat luas di berbagai sektor.

Fenomena ini ditandai dengan, salah satunya inovasi teknologi secara besar-besaran. Ini bisa dilihat dari OpenAI yang kini terus mengasah model GPT miliknya, Google dengan Gemini, Microsoft dengan Phi, Meta dengan Llama, X dengan AI Grok, dan masih banyak lainnya.

Setiap teknologi AI ini membutuhkan pelatihan dengan data yang luas/masif dan beragam untuk memahami pola, menjawab pertanyaan, atau menghasilkan respons yang akurat.

Baca juga: Bos Perusahaan Teknologi Dunia Makin Sugih Sepanjang 2024, Elon Musk Terkaya

Namun, sebagian besar data yang mudah diakses dari internet diyakini sudah digunakan, sehingga industri mulai menghadapi kendala dalam mendapatkan data baru yang relevan dan berkualitas.

Menurut Musk, salah satu solusi potensial adalah menciptakan data baru yang dirancang secara khusus untuk kebutuhan pelatihan AI. Namun, proses ini membutuhkan waktu, biaya, dan teknologi tambahan.

Orang paling tajir nomor satu di dunia ini juga menyoroti tantangan etis yang muncul dalam upaya mengakses atau menciptakan data baru, seperti masalah privasi dan hak cipta.

Sutskever yang punya pandangan serupa dengan Musk, sempat menekankan bahwa untuk mengatasi fenomena "peak data" ini, industri perlu mengembangkan teknologi baru seperti algoritma efisien dan data sintetis. Ini demi melanjutkan kemajuan AI.

Masa depan AI di tangan data sintetis?

Ilustrasi artificial intelligenceSHUTTERSTOCK/SUPATMAN Ilustrasi artificial intelligence
Data sintetis merujuk pada data yang dihasilkan oleh sistem komputer, seringkali menggunakan model AI, untuk menyerupai data dunia nyata.

Data ini dirancang untuk mengatasi keterbatasan dalam mendapatkan data asli yang cukup atau berkualitas. Dengan data sintetis, pengembang AI dapat menciptakan set data yang luas, dan beragam.

Perusahaan besar seperti Microsoft, Meta, OpenAI, dan Anthropic telah memanfaatkan data sintetis untuk melatih model AI andalan mereka.

Lembaga riset pasar Gartner memperkirakan bahwa pada tahun 2024, sekitar 60 persen data yang digunakan untuk proyek AI dan analitik dihasilkan secara sintetis.

Contoh penerapan data sintetis mencakup model Phi-4 dari Microsoft, yang dilatih menggunakan kombinasi data sintetis dan data dunia nyata. Kemudian ada AI Gemma dari Google yang juga memanfaatkan data serupa.

Baca juga: Sejarah Baru, Kekayaan Elon Musk Tembus Rp 7 Kuadriliun

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat