cpu-data.info

Perlahan, Paspor Fisik Akan Tergantikan oleh Smartphone

Ilustrasi paspor.
Lihat Foto

- Paspor kertas yang biasa kita gunakan untuk bepergian, kemungkinan bakal digantikan oleh smartphone dan teknologi biometrik di masa mendatang.

Paspor mengalami perubahan signifikan pada tahun 2006, dengan diperkenalkannya paspor elektronik yang disematkan dengan chip NFC (near field communications).

Namun, kemajuan teknologi dalam pengenalan wajah dan smartphone telah mempelopori pergeseran ke arah teknologi baru, yaitu Digital Travel Credentials (DTC), yang dikembangkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO).

Teknologi ini bertujuan untuk menyederhanakan proses bandara dan mengurangi waktu tunggu dengan menghubungkan data pengenalan wajah ke aplikasi ponsel pintar.

DTC terdiri dari dua bagian: elemen virtual yang berisi data paspor dan elemen fisik yang disimpan di ponsel. Keduanya terhubung secara kriptografis, memastikan keaslian dan integritas informasi pelancong.

Baca juga: Apple Ingin iPhone Jadi SIM dan Paspor Digital

Pelancong kini tidak perlu menunjukkan paspor untuk dicap, atau menempelkan halaman paspor ke mesin pemindai, cukup dengan mengetap ponsel dan scan wajah.

Penerapan sistem DTC bervariasi, beberapa masih mengharuskan pelancong untuk membawa -tetapi tidak harus menunjukkan-paspor fisik mereka, sementara versi yang lebih canggih bertujuan untuk menghilangkan kebutuhan akan paspor fisik sepenuhnya.

Teknologi ini tengah diuji coba di sistem imigrasi Finlandia, di mana pemeriksaan dapat diselesaikan hanya dalam waktu delapan detik.

Selain Finlandia, bandara lain juga sedang menguji coba sistem perjalanan tanpa paspor, seperti di Kanada, Belanda, Uni Emirat Arab, Inggris, Italia, Amerika Serikat, dan India.

Singapura, misalnya, mengizinkan warganya keluar-masuk dari negara ini tanpa paspor fisik, dan memperluas layanan ini untuk turis asing yang akan keluar Singapura.

Ancaman keamanan

Terlepas dari kelebihannya, paspor digital juga memiliki risiko yang signifikan. Penggiat keamanan privasi memperingatkan potensi pelanggaran data, peningkatan pengawasan, dan pemadaman sistem yang dapat mengganggu perjalanan.

Penggunaan teknologi pengenalan wajah juga menimbulkan kekhawatiran, terutama soal akurasi dan bila sistem salah menolak orang, terutama apabila tidak ada mekanisme cadangan.

Baca juga: Benarkah Pengurusan Paspor Sekarang Bisa lewat WhatsApp?

Di samping itu, perusahaan yang mengembangkan teknologi pengenalan wajah sering kali beroperasi dengan cara yang eksklusif, data yang tersimpan tak boleh diintip pihak lain sehingga menimbulkan pertanyaan tentang keamanan, akuntabilitas, dan keadilan.

Adam Tsao, Vice President di Entrust, menekankan perlunya peraturan yang jelas tentang bagaimana data pribadi digunakan.

Wisatawan harus memiliki kendali atas siapa yang mengakses data mereka, untuk tujuan apa, dan berapa lama.

"Mencapai keseimbangan ini sangat penting karena sistem digital menjadi bagian integral dari perjalanan modern," ujar Tsao dikutip KompasTekno dari Wired, Kamis (2/1/2025).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat