Potensi dan Ancaman di Balik Kloning Suara AI

PENGEMBANGAN teknologi suara buatan oleh OpenAI, melalui platform Voice Engine, merupakan langkah revolusioner dalam dunia AI yang menjanjikan banyak keuntungan, sekaligus membawa potensi risiko yang signifikan.
Voice Engine, yang mampu mengkloning suara dari klip berdurasi 15 detik, menawarkan peluang untuk penggunaan positif di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan komunikasi.
OpenAI menunjukkan komitmennya untuk menggunakan teknologi ini secara bertanggung jawab dengan melibatkan perusahaan dari berbagai industri dalam penerapan awalnya.
Dengan kapasitas untuk membaca teks dalam bahasa asli pembicara atau bahasa lain, Voice Engine sudah mendukung pembacaan teks otomatis melalui API dan fitur ChatGPT’s Read Aloud.
Pembangunan teknologi ini di akhir 2022 menandakan langkah awal OpenAI dalam memahami potensi dan batasan dari AI voice cloning.
Jeff Harris, anggota tim produk OpenAI, menekankan bahwa teknologi ini dilatih menggunakan kombinasi data berlisensi dan data publik yang tersedia, menunjukkan upaya OpenAI dalam mengedepankan etika dan privasi data.
Sementara itu, di tingkat global dan nasional, pemerintah berusaha keras untuk membatasi penggunaan teknologi suara AI yang tidak etis.
Amerika Serikat, melalui Federal Communications Commission, telah mengambil langkah proaktif dengan melarang robocall yang menggunakan suara AI untuk meniru tokoh publik, respons terhadap kekhawatiran atas peningkatan spam call yang mengganggu.
Situasi di Indonesia memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang dampak negatif yang mungkin terjadi.
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, terdapat 1.730 kasus penipuan online dengan kerugian yang mencapai ratusan triliun rupiah hingga November 2022.
Lebih jauh, Polri telah menangani 39.586 kasus penipuan dan penggelapan selama periode sama, menyoroti skala besar masalah ini.
Potensi risiko dari penyalahgunaan teknologi kloning suara menjadi sangat nyata. Kementerian Komunikasi dan Informatika melaporkan bahwa jumlah korban penipuan online mencapai 130.000 orang pada tahun 2022, dengan modus semakin canggih, termasuk penggunaan identitas palsu melalui teknologi voice cloning.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, menyoroti tingginya kasus penipuan online di Indonesia, menggarisbawahi kebutuhan akan peningkatan literasi digital dan keamanan online di tengah masyarakat.
Menariknya, data dari katadata pada tahun 2020 menunjukkan bahwa catfishing terjadi di berbagai platform, dengan 40 persen terjadi di aplikasi kencan.
Fakta mengejutkan lainnya adalah 64 persen pelaku catfishing adalah perempuan, menunjukkan bahwa masalah ini melintasi batas gender.
Terkini Lainnya
- Amazon Nova Sonic Meluncur, Model AI Suara Real-Time yang Responsif dan Emosional
- Timnas Indonesia Dapat Lisensi dari Konami, Hadir Resmi di Game Sepak Bola eFootball
- Sejarah dan Perkembangan Bluetooth dari Masa ke Masa
- TWS Xiaomi Redmi Buds 7s Meluncur, Baterai Tahan 32 Jam
- Cara Masukkan Musik di Status WhatsApp via HP Android
- K-Popers Wajib Coba! Pasang 15 Hasil Video Fancam Konser Jadi Lock Screen di HP Samsung
- Cara Buat Twibbon Tema Ulang Tahun, Korporat, dan Perayaan Tertentu Pakai Canva
- Meta Sebar Akun Khusus Remaja ke Facebook dan Messenger
- Cara Mention Grok di X buat Tanya Berbagai Hal, Mudah
- Daftar Chatbot AI yang Kumpulkan Data Pribadi Paling Banyak
- Microsoft Setop Dukungan Windows 10 pada 14 Oktober 2025
- Perang Tarif dengan China, Trump "Pede" AS Bisa Produksi iPhone di Dalam Negeri
- Instagram Siapkan Fitur Konten Rahasia, Bisa Dibuka Hanya Pakai Kode
- Berkaca dari Tragedi BMW "Terbang" di Gresik, Ini Tips Berkendara Aman Saat Pakai Google Maps
- Moto G Stylus 2025 Resmi, Ponsel Android Menengah Berstandar Militer
- Internet Starlink Milik Elon Musk Sudah Bisa Jualan ke Pelanggan Rumahan Indonesia
- SIM Card dengan Nomor Cantik 10 Digit Terjual Rp 13 Miliar
- Tidak Semua Data Pribadi Rahasia, tapi Tak Boleh Dilanggar
- Ponsel Honor X7b 5G Meluncur dengan Baterai 6.000 mAh
- Joe Biden Telepon Xi Jinping Bahas TikTok, soal Apa?