Merger Seluler: Efisiensi, Gengsi, dan Harga Diri
PEMBICARAAN publik sedang hangat membahas “rencana” merger (penggabungan) XL Axiata dan Smartfren. Isunya sejatinya sudah dimulai pasca-Indosat dan 3 merger menjadi Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), akhir 2021.
Merger menjadi keniscayaan untuk negara yang memiliki enam operator seluler. Merger akan membuat industri sehat, efisiensi yang signifikan, dan mengurangi persaingan.
Sampurna Telecom merupakan satu operator CDMA yang belum lama ini terpaksa mati alamiah.
Sebelum merger IOH, ada aksi korporasi, namun bukan merger melainkan akuisisi Axis ex-milik Saudi Telecom oleh XL Axiata senilai Rp 9,5 triliun pada 2014.
Efek akuisisi itu dirasa sangat berat oleh XL Axiata. Masalah keuangan yang membelit membuat operator itu berdarah-darah dan baru tuntas setelah lebih dari empat tahun kemudian.
Merger Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia (3) yang bernilai 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 90 triliun) berjalan mulus. Bahkan mencengangkan dunia karena sebelumnya banyak operator pernah mencoba merger dan gatot (gagal total).
Pada akhir tahun pertama IOH merger, tampilan neraca keuangan, jumlah pelanggan, dan sebaran BTS (base transceiver station) perusahaan meningkat.
Pendapatan 2022 sebesar Rp 46,8 triliun – naik dari target Rp 41 triliun. Padahal revenue 2021 sebesar Rp 31,4 triliun – dengan laba Rp 2,66 triiliun.
Pada semester 1 2023, pendapatan IOH mencapai Rp 24,7 triliun dan laba Rp 1,9 triliun. Saat ini IOH memiliki 100 juta pelanggan, jumlah BTS 215.000 unit, 167.000 unit di antaranya BTS 4G.
Kini Indonesia memilik empat operator, Telkomsel, IOH, XL Axiata, dan Smartfren. Bisnis mulai berjalan baik, tetapi empat operator untuk 278,7 juta jiwa dirasa masih terlalu banyak.
Setidaknya jumlah operator maksimal tiga, untung-untung hanya dua dengan tingkat kompetisi yang tidak brutal, dan pelanggan tetap memiliki pilihan.
Sasaran merger sebenarnya efisiensi, mengurangi duplikasi akibat dua atau lebih biaya dan kegiatan yang sama menjadi satu. Misalnya, dalam pengadaan BTS, kantor, tenaga (SDM), dan pemasaran yang dapat berefek ke perluasan cakupan atau jangkauan.
Namun masih banyak yang harus dipertimbangkan ketika dua operator yang “beda kelas” itu jadi merger.
Anak bawang
Merger keduanya membuat mereka akan memiliki jangkauan layanan yang lebih luas dengan memanfaatkan seluruh BTS yang dimiliki. Sebanyak 150.216 unit BTS milik XL Axiata, 97.125 di antaranya BTS 4G dan 43.000 unit milik Smartfren, semua BTS 4G.
Jangkauan semula layanan Smartfren di 288 kota akan menjadi lebih luas, bahkan lebih dari 480 kota seperti yang saat ini dijangkau XL Axiata.
Terkini Lainnya
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- Hasil Free Fire FFML Season 8 Pekan Ketiga, Poco Star Masih Memimpin
- Acer Perkenalkan Tiga Monitor Gaming dengan Refresh Rate Tinggi
- Vivo Y17s Meluncur, Kamera 50 MP Harga Rp 2 Jutaan
- Oppo A2 Pro Resmi, Punya Layar Melengkung dan Chipset Dimensity 7050
- Chip Qualcomm Snapdragon 7s Gen 2 Meluncur untuk Ponsel Menengah